Jumat, 11 September 2009

REFLEKSI KECERDASAN EMOSIONAL DALAM BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI KECERDASAN GANDA

Kecerdasaan yang dimiliki seseorang ternyata tidak
hanya sebatas kecerdasan intelektual (IQ) semata seperti yang selama

ini dikenal selama ini, yaitu: (1) Kecerdasan logis-matematis , (2) Kecerdasan
linguistik -verbal (kebahasaan) , (3) Kecerdasan spasial-visual , (4)
Kecerdasan musikal, (5) Kecerdasan kinestetik-ragawi, (6) Kecerdasan
naturalis, (7) Kecerdasan intrapersonal, (8) Kecerdasan interpersonal,
(9) Kecerdasan eksistensial
Kecerdasan matematika-logika dan kecerdasan bahasa sering dikategorikan
sebagai kecerdasan intelektual yang dulu sering dianggap sebagai faktor
kepintaran seseorang.
Padahal ada kecerdasan visual, musikal dan kinestetik-ragawi yang juga
bisa mempengaruhi keberhasilan dalam dunia pendidikan dan pekerjaan.
Enam kecerdasan tersebut bisa dikelompokan sebagai kategori
keterampilan yang setidaknya harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat
bertahan hidup.Tiga kecerdasan berikutnya, yakni naturalis,
intrapersonal dan interpersonal dapat membantu seseorang untuk meraih
kesuksesan dalam berkarir, berkeluarga dan hubungan antar sesama dan
juga terhadap alam.
Salah satu peneliti yang mendukung kecerdasan emosi
ini adalah Goleman (1995), yang terkenal dengan bukunya “Emotional
Intelligence”. Seseorang yang mengasah kecerdasan spiritualitasnya
akan memiliki kelebihan yang terlihat dari integritas, karakter dan
nilai hidup yang dimilikinya. Kecerdasan beragam inilah yang membuat masing-masing
orang memiliki kepribadian yang unik dan tidak sama satu dengan yang
lainnya.
Kecerdasan emosi menuntut pemilikan perasaan, untuk
belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta
menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi
dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada
pada wilayah perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi
emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional dapat
menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri
sendiri dan orang lain.
Dari beberapa pendapat di atas, dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan
emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan
diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat,
menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari.
3.
Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang
biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis.
Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki
peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat
kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.
Mayer dan Salovey (1993) mengungkapkan ada lima ranah kecerdasan
emosional di dalam bahasa, yaitu ( 1) mengenali emosi sendiri, (2)
mengatur emosi, dan (3) memotivasi (4) mengenali emosi orang lain, (5)
membina hubungan dengan orang lain
(1) Mengenali Emosi Sendiri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional Pada tahap ini diperlukan adanya
pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi
dan pemahaman tentang diri.
Masalah ini sebenarnya telah diterakan dalam pantun berabad-abad lalu
(1) Di sana padi di sini padi
Itulah nama sawah dan bendang
Di sana budi di sini budi
Barulah sempurna bernama orang
(2) Anak merpati disambar elang
Terbang ke titi di dalam huma
Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama
(3) Burung terbang tinggi
Burung merpati mencari sarang
Kalau sombong meninggi diri
Kemana pergi dibenci orang
(4) Perigi dikatakan telaga
Tempat anak berulang mandi
Emas merah ada harga
Budi bahasa bernilai abadi
(5) Pohon pandan pohon berduri
Dipandang amat sedap
Hidup di dunia bahasa dan budi
Serta juga tertib beradat
b) Aspek Instropeksi Diri
Mengenal diri sendiri merupakan perbuatan yang terbaik bagi seseorang.
Konflik bukanlah sesuatu yang dilihat secara negatif
saja, melainkan sebagai realitas kehidupan yang dapat dikontrol dan
diatasi dengan kebijaksanaan.