Selasa, 18 Januari 2011

Resume sejarah amerika( mata kuliah sejarah amerika)

1. Latar Belakang Munculnya Nasionalisme di Amerika Serikat
Nasionalisme di Amerika Serikat mempunyai beberapa pengertian seperti istilah liberalisme dan demokrasi. Nasionalisme Amerika bersifat equivokal artinya dipengaruhi oleh waktu dan tempat sehingga masing-masing periode mempunyai istilah yang berbeda. Nasionalisme Amerika muncul karena tertanam mental yang kuat dari bangsa Amerika yang merupakan warisan leluhur mereka yaitu Self Goverment, hak untuk menentukan nasib sendiri.
Pada tahap selanjutnya manifestasi nasionalisme Amerika diwujudkan dalam perang kemerdekaan melawan Inggris(1775) yang berakhir dengan Amerika yang ditandai dengan keluarnya Declaration of Independent pada tanggal 4 Juli 1776. Perang kemerdekaan terjadi karena adanya reaksi dari koloni terhadap negara induk yang mengeluarkan macam-macam pajak seperti Quatering act, Stamp act. Dengan demikian nasionalisme Amerika bersifat Kemerdekaan, kebebasan, persamaan, keagungan, dan kebahagian.

2. Arti dan Perkembangan Demokrasi di Amerika Serikat.
Demokrasi berasal dari kata Demos artinya rakyat dan kratos berarti kekuasaan, jadi demokrasi dapat diartikan sebagai Pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi berada ditangan di rakyat dan dijalankan langsung oleh wakil-wakil yang dipilih rakyat melalui sistem pemilihan bebas.
Perkembangan demokrasi di Amerika Serikat telah ada sejak kedatangan koloni-koloni Inggris di Amerika, semua itu menginginkan adanya kebebasan mengatur pemrintahan sendiri dan semakin berkembangan setelah Amerika merdeka pada tahun 1776 dengan dikeluarkan konstitusi Amerika Serikat dimana didalamnya terdapat ketentuan pemilu(memilih Senat dan House of Representatif) dan memilih presiden secara langsung.

3. Sistem Perekonomian di Amerika Serikat
Amerika Serikat ketika masih berupa koloni-koloni, sumber kesejahteraan berasal dari hasil tangkapan dan perdagangan pakaian dari bulu binatang. Namun sering dengan berjalannya waktu, koloni-koloni ini berkembang menjadi negara-negara bagian, maka berkembang pula perekonomian mereka sehingga mulai muncul industri-industri baru. Dengan cepatnya pembangunan ekonomi setelah perang sipil meletakkan dasar – dasar bagi ekonomi modern Amerika. Pada akhir abad 20 dikarenakan adanya pengakuan awal terhadap pentingnya kepemilikkan kaum intelektual yang nantinya menjadi penting dalam negosiasi dagang.
Model pelaksana dari sistim ekonomi campuran adalah perusahaan di Amerika yang terbagi menjadi 2 yaitu perusahaan kecil dan perusahaan besar yang berkorporasi. Perusahaan kecil masih terbagi menjadi 3 yaitu pemilik tunggal, kemitraan usaha dan waralaba dan toko jaringan. Dengan demikian perekonomian di Amerika semakin kokoh dan tampak semakin mengglobal perekonomian Amerika, terbukti dengan adanya NAFTA yang merupaka kespakatan perdagangan bebas Amerika utara semakin memperkuat perekonomian Amerika Serikat terus bertumbuh dengan pesat dan membawa perubahan besar dengan menjadi negara yang kaya di Dunia. Dampak yang ditimbulkan dari perekonomian liberal adalah munculnya depresi ekonomi bagi rakyat Amerika sehingga menimbulkan bertambahnya pengangguran dan meningkatnya kemiskinan masyarakat Amerika.

4. Perjuangan Hak Wanita di Amerika Serikat
Wanita pada masa kolonisasi dianggap dan ditempatkan pada warga kelas 2 dan derajatnya lebih rendah dari kaum laki-laki. Pria secara rasional dan kuat dianggap superior dan wanita mahkluk yang lemah, emotional dan tidak rasional.
Kebebasan yang merupakan tujuan utama migrasi orang eropa ke benua Ameriak ternyata berlaku bagi kaum laki-laki kulit putih dan para wanita tetap saja mendapat pendiskriminasian di segala bidang, pada masa itu wanita hanya sebagai pekerja atau mengurus rumah tangga. Pendidikan yang diberikan bertujuan untuk mempersiapkan wanita agar menjadi ibu dan istri yang baik. Untuk mencapai semua itu diperlukan perjuangan yang cukup berat dalam waktu yang lama, namun untuk mencapai semua terdapat hambatan-hambatan terutama dari kaum laki-laki dikarenakan laki-laki tidak rela kedudukan dan superiorritas tersaingi oleh wanita. Meskipun banyak hambatan wanita tidak pantang menyerah sehingga pada akhirnya wanita Amerika mendapatkan apa yang diperjuangkan.

5. Arti dan Tujuan Politik Luar Negeri di Amerika Serikat
Politik Luar Negeri adalah kumpulan kebijaksanaan suatu negara untuk mengatur hubungan luar negerinya, politik luar negeri ini merupakan bagian dari dari kebijakan nasional dan semata-mata dimaksudkan untuk mengabdi kepada tujuan yang telah ditetapkan khususnya tujuan untuk sesuatu kurun yang sedang dihadapi.
Haluan dasar politik luar negeri yang diletakkan oleh para pendiri Amerika kemudian berkembang pesat sehingga muncul Doktrin Monroe pada tahun 1823. Doktrin Monroe berbunyi “Amerika for the America” maka dengan dikeluarkan Doktrin Monroe maka AS mengisolasi negaranya. Isi dari Doktrin Monroe adalah:
1. Politik isolasi : dunia diluar Amerika jangan mencampuri persoalan dalam negeri AS dan sebaliknya AS jangan mencampuri urusan negara lain.
2. Pelopor Pan-Amerikaisme: Seluruh negara-negara yang ada di Amerika harus merupakan satu keluarga bangsa Amerika di bawah pimpinan USA.
Untuk menghadapi pengaruh komunis dari Uni Soviet Amerika melakukan 2 hal yaitu: pertama mengirim bantuan ekonomi dan militer ke Yunani dan Turki, agar Uni Soviet tidak menguasai ladang minyak di timur tengah. Selain itu AS mengembangkan “Marshal Plan”. Kedua adalah Globalisasi dan ketergantungan antar negara kondisi ini membuat Presiden harus melakukan kerjasama dan perundingan dalam merumuskan Politik Luar Negeri. Ketiga adalah meningkatnya kompleksitas dan kerumitan pengambilan keputusan di gedung putih.

6. Pelaksanaan dan akibat Politik luar Negeri di Amerika
Dalam pelaksanaan politik luar Negeri Amerika hanya terbatas dua tujuan antara lain:
o Menghindari persekutuan yang menjerat negara-negara di Eropa
o Memelihara hegemoni politik di bumi belahan barat
Sehingga perkembangan Politik isolasionalis sepanjang abad 19 dan awal abad ke 20 dimana politik isolasi ini menjadi pondasi dasar dari politik luar negeri, dalam perkembangan politik luar negeri AS terdapat bentuk pelaksanaan dari politik luar negeri:
1. Politik Isolasi
Selama menganut politik isolasi ini pemerintahan AS mengalami peningkatan di bidang Ekonomi karena banyak warga menjadi buruh pabrik senjata dengan upah atau gaji yang tinggi. Dalam hal ini membawa nama baik bagi Wilson dikarenakan dengan kebijakannya membuat taraf hidup warga AS menjadi meningkat.
2. Politik Aliansi
AS melihat perekonomian di eropa mengalami krisis kecuali Uni Soviet yang menjadi momok bagi AS dengan ideologinya Marxis Lennis yang berasaskan sama rasa sama mata tetap kaya dan maju. Hal ini memudahkan menyebarkan ajaran komunis di Eropa yang berakibat krisis moneter setelah PD II. Uni Soviet berusaha menyebarkan ajaran komunis dengan cara memberi perlindungan terhadap negara-negara Eropa dengan syarat mereka harus menganut ajaran Marxis Lennis.


7. Past Dream dan Nation Dream
Amerika merupakan negara super power yang tidak lepas dari sejarah panjang demi mencapai kesuksesan sperti hari ini, Negara AS terdiri atas berbagai suku dan budaya. Penduduk asli Amerika adalah orang Indian yang pada sekitar abad XVII mulai terusik dengan kedatangan para kolonis dari benua Eropa, mereka berasal dari Inggris, Perancis(France), Belanda. Impian awal mereka adalah mencari kebebasan dalam bidang politik, ekonomi, dan agama. Namun kenyataannya mereka tidak semudah itu mendapatkan Impiannya. Ternyata Inggris masih ikut campur dalam masalah mereka yang sudah membentuk koloni.
Pertentangan antara koloni di Amerika dengan pemerintahan Inggris bermula ketika pemerintahan Inggris mengeluarkan Undang-Undang Gula tetes pada tahun 1733, yang memasang bea cukai cukup tinggi terhadap import rum dan gula tetes dari daerah milik Inggris, selain itu diberlakukan Undang-Undang Perangko yang merugikan tiap koloni.

8. Amerika Serikat Bagian Dari Dunia (Politik dan Ekonomi)
Dari beberapa Uraian diatas maka untuk memudahkan kita dala mencari intisari dari makalah ini, sehingga dibagi menjadi beberapa poin intisari makalah ini yaitu:
1. Maksud dari rencana marshal adalah program yang dilaksanakan oleh Amerika Serikat sebagai tindak lanjut dari pidato Presiden Truman. Pidato ini kemudian dikenal dengan Doktrin Truman yang berisikan tentang ajaran Truman dalam memerangi faham komunis yang ditawarkan oleh Uni Soviet. Rencana Marshal sendiri diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Amerika yaitu George Marshall, rencana ini tertuang dalam pidatonya di Universitas Harvard pada bulan Juni 1947 dengan tujuan membantu Eropa dalam pemulihan ekonomi mereka.


2. Faktor yang mndorong dilakukannya Rencana Marshall plan adalah faktor ekonomi yaitu memajukan perdagangan Amerika Serikat dan Eropa Barat selain itu juga menghentikan faham komunis di Eropa. Serta faktor yang pokok yaitu dimana Amerika ingin menguasai perdagangan di Eropa dengan menanam investasi di Eropa Barat.
3. Realisasi dari rencana Marshall yaitu berupa bantuan Finansial untuk 16 negara Eropa barat yang memakan dana sbesar 12 juta dan 13 milyar dolar Amerika.

candi penataran

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Kebudayaan meliputi seluruh hasil; karya manusia baik hasil yang berupa benda maupun buah pikiran manusia itu sendiri (sukmono 1973:80) hasil kebudayaan hanyalah berupa benda buatan manusia sedangkan alam pikiran manusia terkandung didalam benda tersebut. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah dapat dilihat sampai sekarang hanyalah benda yang terbuat dari batu sedangkan bernda lainnya mudah lapuk karena termakan oleh usia, kalau batu pada bangunan candi bisa diukir dan juga sangat erat kaitannya dengan keagamaan yang masih bersifat suci, bangunan itu sering disebut dengan candi. Candi ini kadang sebagai tempat pemujaan atau tempat untuk memuliakan orang yang sudah meninggal dalam agama hindu sedangkan agama budha sebagai tempat pemujaan dewa bekala.
Sedangkan candi sebagai bangunan mempunyai bagian antara lain kaki candi, tubuh candi, dan atap candi, yang mana kaki candi berbentuk bujur sangkar yang dapat dinaiki oleh anak tangga yang menuju bilik candi, diadalam kaki candi terdapat persegi empat untuk menaruh pripih, tubuh candi terdiridari beberapa bagian bilik yang berisi arca perwujudan. Sedangkan atap candi terdiri atas tiga tingakatan, dari uraian diatas candi melambangkan alam semesta dengan tiga bagian yaitu kaki dimana manusia berbicara, atap merupakan tempat dewa dan tubuh merupakan dua tempat alam yang berbeda yang dimana manusia meninggalkan keduniawian dan menemui tuhan.
Candi ada yang berdiri sendiri dan ada juga yang berdiri secara kelompok dan terdiri atas candi perwara yang lebih kecil seperti ada dalam candi penataran.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka penulis mengambil beberapa rumusan masalah antara lain:
a) Bagaimana sejarah pembangunan Candi penataran?
b) Sebutkan bagian candi penataran?
c) Bagaimana cerita relief candi penataran?

Tujuan penulisan
• Bagi mahasiswa sejarah: supaya mahasiswa bisa mengetahui perkembangan dan sejarah berdirinya candi khususnya Candi Penataran bserta kerajaan yang mendirikan candi tersebut.


Pembahasan

1. sejarah pembangunan Candi penataran
Candi penataran ini ditemukan oleh Thomas Stamford Raffles, dalam pembanguna candi diduga dibangun secara bertahap sekaligus pada masa pemrintahan seorang raja, dan juga pembangunan ini dimulai sejak adanya kerajaajn kediri,terbukti adanya prasasti yang dibuat oleh raja Syerengga berangka tahun 1119 saka/ 1197 masehi, dan juga raja Jayanegara ikut andil dalam pembangunan candi penataran dan terbukti adanya angfka tahun 1242 saka /1320masehi pada sepasang dwarapala. Pada candi induk terletak dihalaman ketiga ditemui nagka tahu n 1269 saka/ 1347 masehi yaitu menjelang runtuhnya kekuasaan Tribuana TunggalDewi yangkemudian dilanjutkan oleh pemerintahan raja Hyam Wuruk Wikramawardhana, raja berikutnya juga ikut andil dalam pembangunan candi.
Pada mula candi penataran tidak langsung berada diatas permukaan tapiu masih tertutup oleh tanah yang menyerupai gunung kecil, atas jasa Raffles yang berhasil menemukan gunung kecil tersebut dan digali maka candi penataran bisa dilihat sampai sekarang. Banyak orang yang memperhatikan candi tersebut karena peniggalan budaya,walaupun pada saat itu Raffles sedang bertugas mempertahankan Indonesia dari belanda, dikarenakan Indonesia dalam masa penjajahan. Dan pada tahun 1815 ada seorang tokoh budaya yang mengunjungi candi penataran, kemudian hasil kunjungan tersebut dimasukkan dalam History of Java.
Candi penataran ini terletak di desa nglegok, blitar dan berada sekitar 10km di sebelah utara kota blitar dilereng gunung kelud propinsi jawa timur. Didalam candi terdapat candi kecil dan satu candi induk yang dianggap masyarakat merupakan candi yang suci.

2. Bagian-bagian Candi Penataran
Candi penataran merupakan komplek candi yang terbesar dan beberapa kali candi penataran diperluas hal ini berkaitanm dengan angka tahun yang berbeda antara 1246-1454, pada jaman dahulu diduga candi pentaran sebagai kebudayaan negara, candi ini menunjukkan bahwa candi initermegah kedua setelah candi borobudur (menuirut para ahli purbakala). Bangunan ini membujur adri barat ke timur dengan mengarah ke barat yang semula dikelilingi oleh tembok bersisi barat, namun sekarang hanyalah puing-puing.
Luas keseluruhan candi penataran 180 meter X banyaknya komplek candi penataran, dan terbagi menjadi tiga halaman adapun halaman depan, halaman tengah dan halaman belakang yang diyakini sebagai bangunan suci masing-masing halaman dibatasi oleh penyekat dan pintu gerbang.
Untiuk memasuki halamn depan candi harus melewati sepasang dwarapala yang dibangun semasa Raja Jayanegara, dibagian barat laut terdapat semacam teras yang memanjang dari utara sampai selatanyang disebut sebagai pendopo agung (daerah bali disebut balai agung) balai agung ini sebagai tempat upacara selamatan (pesta) disebelah selatan balai agung terdapat pendopo teras yang digunakan sebagai tempat untuk mempersembahkan sejaji bagi paera dewa, selain itu di halaman pertama juga terdapat pendopo teras sebagai tempat para pendeta pemimpin upacara. Di pendopo tersa terdapt angka tahun 1297 saka /1375 masehi. Di halaman kedua juga terdapat dwarapala dengan ukuran yang lebih kecil, halamn tengah ini terdapat sepasang dua candi kecil dengan dua pondasi yang dindingnya polos dan berbentuk persegi panjang di salah satu ssisi candi terdapat ukiran naga yang kemudian disebut candi naga candi naga in berdiri diatas tinggi bidang tanah, bidang tersebut diukir dengan gambar naga yang melingkar disisi candi.
Halaman ketiga terletak di paling timur yang merupakan tempat tersuci dimana terdapat tempat berdirinya candi induk, candik induk ini berukuran 33,80X30,40 meter. Candi induk terdapat tiga tingakatan. Candi yang lain disebut candi angka tahun karena diatas pintu masuk terdapat pahatan angka tahun 1291saka / 1369 masehi dan inilah yang sering disebut masyarakat sebagi candi penataran, disudut candi masih dikenali beberapa arca penghiasnya dengan alas. Tingkat pertama dan kedua sebenarnya soubasment (kaki sekaligus pondasi candi yang melambangkan dunia bawah menurut hinduisme) dan tubuh candi berada pada tingkat ketiaga, di dinding candi terdapat cerita binatang tetapi tubuh candi sudah ada yang di rekontruksi walaupun hanya mengumpulkan batu-batuan. Tubuh candi :tubuh dan puncak candi yang pernah disusun ulang tersebut berada di sebelah utara candi induk, pada candi induk terdapat batu kubah.
Bagian candi yang terpisah adlah du buah kolam, kolam pertama terletak sekitar 200 metr di timur lautcandi penatareankolam tersebut berangka tahun1495 masehi dan pada dindingnya terdapat relief tantri terbagi menjadi dua bilik masing-masing terdapat dua pancuran air yang keluar dari kaki patung siwa mahadewa. Dimungkinkan kolam ini untuk mandi.

3. Cerita relief candi penataran
Yang menarik dari candi penataran adalah batui yang berangka tahun 1375 masehi karena dindingnya penuh dengan relief dulu batar ini beratap dari bahan ijuk sehingga atapnya suadah tidakl ada, sedangkan umpakuntuk tiang masih ada.pada batar itu ada sebuah tangga yang berada dibarat.
Relief-reliefnya:
o Bubuksah didalamnya termasuk jenis kurtur dan bersifat cerita.bubuksah menceritakan dua orang petapa yang bernama bubuksah dan gagang aking (batang kering).Pada sustu cerita ketika dicoba untuk melawan macan putih yang merupakan seorang dewa.
o Sang Satyawan cerita ini juga temasuk jenis tutur, cerita ini mengenai seorang putrid raj yang menikah denga setiawan seorang wydhyadara namun putri tersebut malah menjadi satu dengan sag hyang widhi yang akhirnya sang satyawan menjadi sendiri.
o Relief Ramayana
Relief ini mempunyai langgam wayang teruatma wayang kulit,ceriata Ramayana mulai dengan hanuman dan adega ketika hanuman menyaksikan penolakan rahwana oleh sinta dei alengka kemudian perkelahian hanuman dengan penduduk kraton Rahwana, pembuatan bendungan oleh tentara kera dan akhirnya peperangan antara rahwana dimulai. Relief Ramayana dianggap sebagai langgam yang lebih modern.
 Relief khrishnaya
Relief ini lebih mirip lukisan karena tidak dibubuhi ikal, relief ini bedasarkan pada kekawin/tutur, selain relief ini masih ada yang lebih penting yaitu empat buah patung yang memiliki angka tahun 1269 saka / 1347 masehi, patung raksasa ini mempunyai dua tangan yang memegang gada.

Historiografi Islam (mata kuliah sejarah Historiografi sejarah 1 or 2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang universal mengenai nilai dalam kehidupan yang meliputi duniawi dan akhirat. Terlebih Islam adalah agama ilmu dan agama akal yang mendorong umat manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan agar dapat membedakanmana yang benar dan mana yang salah, serta menyelami hakekat alam dan menganalisa segala pengalaman dalam perjalanan hidup. Islam disamping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga dituntut untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, jadi dengan kata lain Islam mewajibkan umatnya untuk belajar dan mengajar.
Saat Islam lahir dan bangkit, terdapat empat peradaban yang eksis saat itu, yaitu Byzantium di Eropa Timur dengan agama Cristio-Hellenistic, Persia di lembah Mesopotamia yang menganut Zoroaster (Majusi), India di Asia Tengah dengan Hiduisme-nya dan negeri Tiongkok di Asia Timur dengan filsafat Confusius. Gesekan-gesekan intelektual ini merupakan salah satu pemantik berkembangnya peradaban Islam di kemudian hari.
Dengan Maju pesatnya Islam tidak lepas dari cara perkembangannya yaitu perkawinan, dakwa, pengajian. Dan dalam lintasan waktu, Islam sebagai sebuah entitas religius dalam komunitas insani telah meninggalkan warisan panjang berupa historiografi. Secara umum, terdapat masalah yang dihadapi oleh historiografi masa awal Islam dan hingga kini belum tuntas. Antara legenda-legenda dan tradisi-tradisi populer Arab masa pra-Islam dengan sejarah yang relatif ilmiah dan eksak yang muncul pada abad kedua hijriyah, masih terbentang satu jurang yang belum dapat dijelaskan.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah yang berkaitan dengan Historiografi Islam yaitu:
1. Bagaimana bentuk-bentuk dasar penulisan sejarah Islam?
2. Bagaimana pengaruh penulisan sejarah Islam?
3. Bagaimana tujuan dan perkembangan historiografi Islam?





PEMBAHASAN

1. Bentuk-bentuk dasar penulisan sejarah Islam
Bentuk dasar berposisi sebagai karakter awal penulisan sejarah dalam tradisi Islam. Bentuk-bentuk ini merupakan kerangka penulisan sejarah yang berisi kisah-kisah, syair-syair dan bait puisi. Pendapat umum para peneliti historiografi tentang beberapa genre awal penulisan sejarah di kalangan Islam dan Arab, adalah meliputi
A. Khabar
Khabar biasa diartikan sebagai ‘laporan’, ‘kejadian’ atau ‘cerita’. Biasanya lebih banyak berisi tentang cerita-cerita peperangan dan kepahlawanan. Karakteristik khabar ditekankan dengan garis sanad yang mendahului tiap-tiap khabar, dan hal itu akan dihilangkan bila menginginkan keringkasan khabar itu atau sekedar menyingkirkan munculnya kecermatan pengetahuan. Khabar Merupakan bentuk historiografi yang paling tua yang langsung berhubungan dengan cerita perang dengan uraian yang baik dan sempurna ditulis dalam beberapa halaman. Sejarawan yang menggunakan bentuk Khabar misalnya Ali ibn Muhammad al-Madaini. Khabar mempunyai ciri khas sebagai berikut: tidak mempunyai hubungan sebab akibat di antara dua atau lebih peristiwa-peristiwa.
Dalam khazanah historiografi, dapat disimpulkan tiga ciri khabar.
• Dalam khabar tidak terdapat hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa. Tiap-tiap khabar sudah melengkapi dirinya sendiri dan tidak membutuhkan referensi pendukung.
• sesuai dengan ciri khasnya yang berakar jauh sebelum Islam, cerita-cerita perang dalam bentuk khabar tetap mempergunakan cerita pendek, memilih situasi dan peristiwa yang disenangi dan kadang menyalahi kejadian yang sebenarnya. Peristiwa selalu disajikan dalam bentuk dialog antar pelaku sehingga memudahkan ahli sejarah dalam melakukan pembacaan dan analisa.
• bentuk khabar cukup bervariasi, sebagai cerita pertempuran yang terus-menerus dan sebagai suatu ekspresi yang artistik, khabar juga disajikan dalam bentuk puisi serta syair-syair. Banyak sedikitnya syair tergantung kemauan dan ekspresi psikologis penulis.
Ada Terdapat pertanyaan yang agak mengganjal tentang kapan karya pertama berbentuk khabar ada dalam penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang Islam. Literatur Islam permulaan tidak menyediakan jawaban, sementara sumber-sumber bibliografi dan kutipan penulis kontemporer juga tidak membantu. Dengan demikian terjadi jurang pemisah antara literatur Arab yang asli dengan organisasi penerbit buku-buku Islam.
Bentuk khabar di dalam berbagai ragamnya terdapat pula dalam sejarah Muslim, walaupun mereka membatasi kepada catatan peristiwa-peristiwa saja atau menulis nama-nama tanpa ada penjelasan lanjut. Sebagaimana bentuk-bentuk dasar lainnya, jarang sekali muncul apa yang disebut bentuk murni. Biasanya selalu dikombinasikan dengan unsur-unsur lain dalam penulisan sejarah. Sehingga, sebagai misal, dalam menyajikan biografi Nabi Muhammad sudah dilengkapi dengan nasab (silsilah) dan informasi lain seperti daftar nama sahabat yang berjasa dan dikenang dalam perjuangannya.
Ilmuwan sejarah yang menulis dalam bentuk khabar ini diantaranya adalah: Abu Mihnaf Luth Ibn Yahya (w. 774 M) dan al-Haitsam Ibn ‘Adi (w. 821 M) yang karyanya berupa kumpulan monograf dalam bentuk khabar dan nasab. Juga terdapat nama ‘Ali Ibn Muhammad al-Madaini (w. 831 M) yang salah satu karyanya berjudul Al-Murdifat min Quraisy (Wanita Quraisy yang Poliandri). Selanjutnya, pada tahun-tahun kehidupan penulis itu pula historiografi dalam bentuk khabar sebagai bentuk yang berdiri sendiri dalam sejarah mulai berakhir, bentuk selanjutnya mengarah pada kronologi.
B. Analitik
Analitik berasal dari kata dasar anno (tahun). Historiografi dalam bentuk analitik merupakan bentuk khusus penulisan sejarah dengan menggunakan kronologis, yaitu pencantuman kejadian tiap tahun. Biasanya dimulai dengan kalimat “dalam tahun pertama” atau “ketika masuk tahun kesembilan”. Penyajian dalam bentuk ini sepenuhnya berkembang pada masa al-Thabari (wafat 310 H). Karya sejarah permulaan terbit pada dasawarsa pertama abad ke-10 M dan diteruskan sampai tahun 915 M. Al-Thabari bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid al-Thabari al-‘Amuli, adalah seorang penulis sejarah yang terkemuka. Namun pada masanya beliau lebih dikenal sebagai ahli fiqih, bahkan Ibn Nadhim menyejajarkannya dengan imam Malik dan Syafi’i. Dalam perjalanan hidupnya, banyak kitab yang telah dikarang, seperti Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Adab al-Manasik, Adab al-Nufus dan Tahdzib Atsar. Yang masih diperdebatkan adalah tentang afiliasi politik al-Thabari terhadap Syi’ah Rafidhah.
Namun, sebelum al-Thabari juga telah berkembang penulisan dalam bentuk analitik, misalnya: (1) Sejarah Khalifah Ibn Hayyat yang ditulis sampai tahun 847 M sebagai bentuk analitik yang memulai uraiannya mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sirah nabawiyah, (2) Kitab sejarah dari Ya’qub ibn Sufyan (wafat 891 M) yang ditulis berdasar urutan tahun dengan beberapa kutipan. (3) Sejarah dari Ibn Abi Haitsamah (wafat 893 M).
Mu’in Umar menjelaskan, secara teori penulis-penulis muslim lebih dahulu berkenalan dengan penggunaan data sejarah dan sejak diperkenalkan tahun Hijriyah, mereka sampai pada kesimpulan bahwa bentuk analitik merupakan cara yang sangat menyenangkan dalam penyajian sejarah. Karena kepraktisan dan muatan isi penulisan yang lebih padat. Mungkin itu yang dijadikan alasan.
Contoh bentuk analitik ini, di antaranya ditunjukkan oleh Ibn Hajar yang berjudul al-Durar al-Kaminah fi A’yan al-Miati al-Saminah yang menyajikan biografi tokoh-tokoh terkemuka, termasuk guru-gurunya yang disusun menurut hijaiyah yang terdiri dari dua bagian, pertama disajikan menurut riwayah dan kedua dengan cara dirayah, sesuai tahun mereka meninggal.
Penulisan bentuk analitik, awalnya menggunakan klasifikasi tahun, sementara penyebutan bulan sangat sedikit. Terjadi pengecilan scope lintasan waktu, pada abad 14 dan 15 pasca Kristus, pengecilan itu mencapai hitungan bulan dan hari. Sedangkan kristalisasi historiografi seratustahunan (seabad) berlaku sampai akhir abad ke-13 masehi. Untuk pertama kali, perkataan “qarn” (abad) muncul dalam judul yang berhubungan dengan abad itu, misalnya karya Ibn al-Fuwaithi dan Lisanuddin ibn al-Khatib.
C. Catatan dinasti
Tidak ada penulisan sejarah di masa lalu yang dapat lepas dari intervensi penguasa. Hampir seluruh catatan sejarah adalah cerita tentang kekuasaan, kemenangan perang dan kepahlawanan sang pendiri dinasti serta anak cucunya. Bahkan banyak terdapat biografi-biografi khusus yang menulis tentang raja-raja itu. Misalnya karya al-Qudla’i yang berjudul ‘Uyun al-Ma’arif. Maka tidak heran jika muncul adagium bahwa sesungguhnya sejarah adalah milik penguasa. Rakyat kecil maupun bawahan hanya menjadi footnote (catatan kaki) yang kadang malah tidak tertulis sama sekali. Namun, bagaimanapun, biografi dinasti dan penguasanya merupakan sebuah bentuk dasar historiografi Islam. Perkataan “daulah” yang berarti peredaran dan pergiliran sebetulnya menjadi dasar kultural linguistik bagi penulisan model historiografi dinasti ini. Teori penggantian penguasa seperti pada masa al-Kindi, mengisyaratkan hal itu. Selain juga terdapat pengaruh yang besar dari budaya intelektual Persia dan Syiah.
Model penulisannya adalah menurut pergantian kekuasaan khalifah secara berurutan. Misalnya seperti Sinan ibn Tsabit yang terlebih dahulu menguraikan khalifah al-Mu’tadlid yang semasa dengannya baru kemudian menguraikan khalifah sebelumnya. Contoh biografi raja yang komprehensif adalah karya al-Haitsan ibn ‘Adi dan al-Madaini yang berjudul Biografi Mu’awiyah dan Bani Umayyah pada pertengahan abad kedua hijriyah (lk. 767 M) .
Susunan dinasti dalam sejarah Islam sama halnya dengan penyajian sejarah pra Islam yang ditulis oleh penulis-penulis muslim dalam bentuk bangsa-bangsa dan dinasti-dinasti. Uraian mengenai sejarah pra Islam pada umumnya mendapat kesulitan, karena orang Islam tidak pernah menemukan sistem penentuan waktu untuk periode pra Islam, seperti waktu Sebelum Masehi (SM) yang biasa dipergunakan oleh penulis-penulis Barat. Untuk penulisan sejarah dinasti pra Islam, penulis Arab mendapat kontribusi berarti dari khazanah Yunani, Byzantium dan Persia. Terdapat juga sedikit tambahan dari India dan Cina, namun penerjemahan itu kurang begitu lancar sebab jiwa nasionalisme yang kuat dari sejarawan kala itu macam al-Dinawari dan Miskawayh.
D. Thabaqat
Thabaqat berarti lapisan. Transisi masyarakat dari satu lapisan atau kelas dalam penggantian kronologis generasi mudah dilakukan. Sebagaimana qarn yang mendahului arti thabaqat, yang dalam penggunaannya berarti generasi. Ahli-ahli leksikografi mencoba menetapkan ukuran panjang yang pasti dari thabaqat. Sebagian mereka menentukan suatu lapisan generasi itu 20 tahun sedang lainnya 40 tahun. Ada juga yang berpendapat thabaqat itu 10 tahun. Menurut penulis, thabaqat lebih mirip klasifikasi penulisan sejarah berdasarkan pada “batasan waktu” hidupnya. Dalam sepuluh tahun pertama, misalnya, terdapat tokoh-tokoh dengan kesamaan orientasi dan budaya intelektual. Maka jadilah klasifikasi sedemikian rupa yang selanjutnya ini menjadi metode tersendiri.
Dalam tradisi Islam sendiri, thabaqat merupakan sesuatu yang amat lazim. Terutama jika merujuk pada sejarah Muhammad; dalam lingkaran dan lintasan waktu perkembangan agama Islam, terdapat lapisan shahabat, tab’in, tabi’ al-tabi’in dan seterusnya. Hal ini berhubungan dengan kritik isnad dalam ‘ulum al-hadits. Pada mulanya, sebagai contoh dalam karya ibn Sa’ad, penyusunan thabaqat dipergunakan sebagai biografi para penguasa yang penting dalam pemindahan hadits. Dalam sejarah lokal, semacam karya Washal Sejarah Wasith di dalamnya hanya dibatasi para perawi hadits. Kemudian dapat dipergunakan untuk kelas-kelas kelompok pribadi terutama yang tergolong ulama. Selanjutnya juga digunakan untuk klasifikasi kejadian-kejadian sebagaimana yang terdapat dalam kitab al-Dzahabi yang berjudul Tarikh al-Islam wa Thabaqati Masyahir al-‘Alam.
Yang penting dalam karya thabaqat ini ialah untuk memperoleh suatu gambaran yang nyata tentang apa yang sebenarnya harus dicari dan diteliti. Dalam karya Abu Ishaq yang berjudul Thabaqat al-Fuqaha’ seseorang menginginkan sebanyak mungkin informasi, sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan biografi tokoh dalam suatu wilayah dan lokasi.
Cara alfabetis penyusunan biografi ini banyak memberikan kemudahan bagi generasi selanjutnya. Dalam kitab al-Dibaj yang disusun oleh Ibn Farhun (abad 14 M), ulama-ulama Malikiyah diuraikan sesuai nama mereka, dan ini dibagi lagi ke dalam thabaqat kemudian thabaqat disusun menurut geografis.
E. Nasab.
Nasab adalah catatan silsilah keluarga. Bagi orang Arab, menjaga jalur keturunan, terutama bagi yang mempunyai nenek moyang tokoh terhormat menyebabkan mereka harus menuliskannya. Keuntungan posisi dan status sosial ekonomi kadang membuat orang menyalahgunakan nasab ini. Nasab, kemudian menjadi bentuk dasar bagi historiografi Islam.
Selama abad kedelapan dan sembilan masehi, para ahli filsafat sejarah kuno, pada saat yang bersamaan juga merupakan ahli dalam bidang garis keturunan. Karya-karya mereka merupakan bentuk khabar yang berisi kumpulan berbagai kelompok kabilah (suku). Salah satu monograf yang berkenaan dengan garis keturunan yang mula-mula sekali adalah Kitab Hadzfu min Nasab Quraisy mengenai keluarga kecil suku Quraisy tanpa nabi Muhammad yang disusun oleh Mu’arrij ibn ‘Amr al-Sadusi. Selain itu terdapat nama al-Zubair ibn Abu Bakkar (w. 870 M) yang menulis kitab berjudul Nasab Quraisy, walaupun kitab ini lebih banyak membahas budi pekerti orang Quraisy daripada pohon keluarganya. Sebuah kitab dari al-Baladzuri berupa biografi tokoh berjudul Kitab al-Ansab didominasi biografi khalifah. Bentuknya adalah khabar dan historiografi dinasti.
Bentuk penulisan nasab ini ada dua. Penulis bermadzhab Syi’ah, Tajuddin ibn Muhammad dalam pengantarnya untuk kitab Ghayat al-Ikhtishar fi Akhbari al-Buyutati al-‘Alawiyah, memasukkan dua macam penyajian untuk informasi garis keturunan, yaitu bentuk pohon dan bentuk datar/lajur (mabsuth).
Sebenarnya, orang-orang Arab sejak masa lalu telah terbiasa membuat jalur keturunannya sendiri, dan ini merupakan cabang ilmu pengetahuan yang khusus dan seringkali dihubungkan dengan syair. Kebanggaan keluarga, sangat tergantung pada apa yang telah dilakukan nenek moyangnya dalam peristiwa ayyam al-A’rab (perang antara kabilah Arab) maupun peristiwa lain dan itu disusun dalam bentuk syair.
Seorang sejarawan muslim India, Nizar Ahmed Faruqi dalam disertasinya berjudul Early Muslim Historiography (1979) menyatakan bahwa nasab merupakan satu-satunya sumber bagi penyusunan historiografi Islam, dengan mengambil dasar dari al-Quran surat al-Hujurât [49] ayat 13.

2. Pengaruh Penulisan sejarah Islam
Dalam penulisan sejarah Islam ada beberapa pengaruh dari luar seperti
• Pengaruh dari Luar Arab
Gesekan budaya antara Islam yang baru lahir dan berkembang dengan bangsa oukimene (berperadaban) yang lain menyebabkan historiografi Islam sedikit banyak mengambil corak dari filsafat dan budaya intelektual yang diterjemahkan maupun dikutip oleh penulis-penulis sejarah muslim. Pada masa kekhalifahan al-Makmun, ketika penerjemahan naskah Yunani dengan materi filsafat dan sejarah digalakkan melalui institusi Dar al-Hikmah itu, perkembangan penulisan sejarah juga makin marak.
• Pengaruh Yunani
Dalam bentuk analitik, historiografi Yunani memberikan pengaruh besar. Kronik Yunani pada periode itu ketika Islam datang menyajikan bentuk historiografi analitik secara jelas melalui penulis muslim kontemporer. Ketika itu Ioannes Malalas, menggunakan struktur analitik sehubungan kekuasaan kaisar-kaisar. Terdapat juga data-data tentang sarjana-sarjana, filosof dan pemimpin gereja walaupun pada saat yang sama mereka juga politikus.
Yang menarik justru pernyataan Muin Umar, bahwa tidak pernah ada naskah klasik historiografi Yunani yang pernah sampai ke dunia Arab. Alasan yang dikemukakan adalah kecurigaan dari para ulama terhadap literatur sejarah lebih dari literatur pengetahuan lainnya. Selain juga kurikulum Yunani-Persia sangat jarang dimasukkan dalam pendidikan tinggi Islam.
Model Yunani ini, masuk dalam lingkar intelektual Islam melalui Syiria, dimana mayoritas beragama Kristen yang sering melakukan kontak dengan masyarakat luar seperti Yunani dan Byzantium. Dari segi jumlah, kurang tepat bila disebutkan bahwa historiografi analitik Islam pada mulanya berasal dari model Syiria dan Yunani. Hal ini lebih karena masuknya orang-orang Kristen ke dalam Islam. Terdapat sebuah naskah sejarah Yunani, Akhbar al-Yunaniyiin, yang bentuk, isi dan penulisannya tidak begitu jelas. Menurut riwayat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Habib ibn Bahrez dari Mosul Irak, yang hidup di masa al-Makmun dan penerjemahannya dilakukan oleh Hamzah al-Isfahani dan Qadli Waqi’ (wafat 918 M).
• Pengaruh Byzantium
Dalam konteks persentuhan dengan Byzantium, lebih banyak berasal dari penganut agama Kristen yang berbangsa Arab sehingga interaksi dengan kaum muslimin cukup sering dan terjadi transfer pengetahuan terhadap mereka. Peradaban Byzantium yang Kristen itu cukup memperhatikan penulisan sejarah, dan mereka cukup respek jika literatur historiografi menempati posisi yang besar dalam literatur Byzantium. Perlu disebutkan bahwa Bibliotheca of Photius abad sepuluh masehi, sebagian besar mencurahkan uraiannya mengenai sejarah dari segala sisi.
Persentuhan dengan Byzantium melalui Syiria ini mencatatkan Kronik Edessa pada abad keenam masehi yang merupakan karya analitik. Juga oleh Jacob van Edessa pada abd ke-7 M yang mahir menuliskan tentang peristiwa alam, bencana, gempa, kekeringan, hama dan sebagainya. Walaupun dia mengalami kesulitan kronologis karena adanya perbedaan almanak dalam naskah klasik terakhir.
Informasi bagi orang Islam sekitar orang Romawi dan raja-raja Kristen kembali kepada sumber-sumber Yunani Kristen atau Syiria, demikian pula mengenai Perjanjian Lama dan Baru, juga berita tentang raja-raja Babylonia dan Asyiria juga kembali pada sumber-sumber Kristen.
• Pengaruh Persia
Sebenarnya, bukti yang tersedia tentang bentuk historiografi Persia abad tujuh masehi sangat kurang. Ketiadaan ini menyebabkan kesulitan penentuan penggunaan bentuk analitik dalam historiografinya. Banyak yang menganggap, pendapat yang menekankan pengaruh Persia pada keaslian histoiografi analitik Islam telah gugur. Namun kita masih dapat melacak adanya pengaruh yang tidak kecil dalam konsepsional penulisan sejarah Islam.
Dalam contoh ini adalah penulisan sejarah Raja-raja. Shiddiqie memberikan argumentasi dengan data masuknya tradisi intelektual Persia dalam khazanah Islam. Bahkan buku Persia berjudul Khuday-nama—yang merupakan kisah raja-raja, dan dianggap menjadi buku patokan penulisan biografi Arab—telah masuk dalam historiografi Arab satu abad sebelum Ibn Mukhaffa (w. 139 H). Pengaruh Persia ini cukup negatif. Banyak kisah dalam Khuday-nama yang memuat mitos pribadi dan spekulasi pendeta, juga legenda-legenda Avestik dan roman Iskandar bahkan cerita-cerita tradisi asli Sasanian sering disepuh dengan epik dan retorika.
3. Tujuan dan Perkembangan Historiografi Islam
Tujuan historiografi Islam adalah untuk menunjukan perkembangan konsep sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan, dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah Islam.
Dalam Perkembangan peradaban Islam merupakan pencerminan besar dalam sejarah. Beberapa hal yang mendorong perkembangan pesat bagi penulisan sejarah Islam antara lain adanya konsep Islam sebagai agama yang mengandung sejarah, dan adanya kesadaran sejarah yang dipupuk oleh nabi Muhammad. Perkembangan sejarah Islam terjadi dalam 2 tahap yaitu awalnya informasi disampaikan secara lisan.
KESIMPULAN

I. Dalam bentuk penulisan historiografi Islam ada lima bentuk antara lain:
A .Khabar
Khabar biasa diartikan sebagai ‘laporan’, ‘kejadian’ atau ‘cerita’. Biasanya lebih banyak berisi tentang cerita-cerita peperangan dan kepahlawanan. Karakteristik khabar ditekankan dengan garis sanad yang mendahului tiap-tiap khabar, dan hal itu akan dihilangkan bila menginginkan keringkasan khabar itu atau sekedar menyingkirkan munculnya kecermatan pengetahuan
Dalam khazanah historiografi, dapat disimpulkan tiga ciri khabar:
• Dalam khabar tidak terdapat hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa.
• sesuai dengan ciri khasnya yang berakar jauh sebelum Islam, cerita-cerita perang dalam bentuk khabar tetap mempergunakan cerita pendek, memilih situasi dan peristiwa yang disenangi dan kadang menyalahi kejadian yang sebenarnya.
• bentuk khabar cukup bervariasi, sebagai cerita pertempuran yang terus-menerus dan sebagai suatu ekspresi yang artistik, khabar juga disajikan dalam bentuk puisi serta syair-syair.
b. Analitik
Analitik berasal dari kata dasar anno (tahun). Historiografi dalam bentuk analitik merupakan bentuk khusus penulisan sejarah dengan menggunakan kronologis, yaitu pencantuman kejadian tiap tahun.
c. Catatan dinasti
Tidak ada penulisan sejarah di masa lalu yang dapat lepas dari intervensi penguasa. Hampir seluruh catatan sejarah adalah cerita tentang kekuasaan, kemenangan perang dan kepahlawanan sang pendiri dinasti serta anak cucunya. Bahkan banyak terdapat biografi-biografi khusus yang menulis tentang raja-raja itu. Misalnya karya al-Qudla’i yang berjudul ‘Uyun al-Ma’arif. Maka tidak heran jika muncul adagium bahwa sesungguhnya sejarah adalah milik penguasa.
d. Thabaqat
Thabaqat berarti lapisan. Transisi masyarakat dari satu lapisan atau kelas dalam penggantian kronologis generasi mudah dilakukan. Sebagaimana qarn yang mendahului arti thabaqat, yang dalam penggunaannya berarti generasi.
e. Nasab.
Nasab adalah catatan silsilah keluarga. Bagi orang Arab, menjaga jalur keturunan, terutama bagi yang mempunyai nenek moyang tokoh terhormat menyebabkan mereka harus menuliskannya. Keuntungan posisi dan status sosial ekonomi kadang membuat orang menyalahgunakan nasab ini. Nasab, kemudian menjadi bentuk dasar bagi historiografi Islam.
II. Pengaruh penulisan sejarah Islam
• Pengaruh dari Luar Arab
Gesekan budaya antara Islam yang baru lahir dan berkembang dengan bangsa oukimene (berperadaban) yang lain menyebabkan historiografi Islam sedikit banyak mengambil corak dari filsafat dan budaya intelektual yang diterjemahkan maupun dikutip oleh penulis-penulis sejarah muslim
• Pengaruh Yunani
Dalam bentuk analitik, historiografi Yunani memberikan pengaruh besar. Kronik Yunani pada periode itu ketika Islam datang menyajikan bentuk historiografi analitik secara jelas melalui penulis muslim kontemporer.
• Pengaruh Byzantium
Dalam konteks persentuhan dengan Byzantium, lebih banyak berasal dari penganut agama Kristen yang berbangsa Arab sehingga interaksi dengan kaum muslimin cukup sering dan terjadi transfer pengetahuan terhadap mereka.
• Pengaruh Persia
Sebenarnya, bukti yang tersedia tentang bentuk historiografi Persia abad tujuh masehi sangat kurang. Ketiadaan ini menyebabkan kesulitan penentuan penggunaan bentuk analitik dalam historiografinya.


Jawaban Pertayaan

1. (Rika) Bagaimanakah penyajian biografi melalui analitik?
Penyajiannya dilakukan dengan cara kronologis yaitu secara berurutan berdasarkan urutan waktu, misalnya: kejadian-kejadian tiap tahun dicantumkan, biografi melalui analitik biasannya dimulai dari kelahiran tokoh yang akan dituliskan, prestasai yang dapat dicapai tokoh tersebut dan sampai kematian tokoh dituliskan dalam biografi.
(Sumber: H.A. Mukmin Umar, Historiografi Islam, Jakarta, CV. Rajawali, 1988. hlm.33)

2. (Ika) Pengaruh dari luar manakah yang paling kuat yang mempengarui bentuk-bentuk dasar dari historiografi Islam ?
Yunani, karena kebudayaan Arab merupakan pengembangan dari kebudayaan Yunani, yaitu ketika orang-orang Yunani yang memeluk agama Katholik dan dilarang oleh pemerintah Yunani karena dianggap akan merubah kehidupan religius bangsa Yunani yang menyembah banyak Dewa, maka mereka melarikan diri ke Syria, disinilah terjadi kontak kebudayaan dengan orang Arab.
Bukti.
Pada masa kekalifahan Abbasiah orang Arab mampu merebut kota Konstantinopel yang sudah diinginkan orang Arab sejak ke khalifahan Usman bin Khatab. Kota ini sulit direbut karena mempunyai pertahanan laut yang unik berupa pemasangan rantai besi di pintu masuk jalur laut menju kota Konstantinopel sehingga kapal musuh tidak dapat mendekat. Namun armada laut Arab mempuyai srategi dalam berperang yaitu mengangkat kapal melewati tanah dengan melapisi tanah terlebih dahulu dengan belahan kayu agar kapal tidak tersangkut kedalam tanah dan akhirnya mereka sampai ke kota Konstantinopel dan memperoleh kemenangan. Dengan cara inilah pengaruh dari Yunani berupa strategi berperang dan angkatan laut yang kuat dimanfaatkn orang Arab untuk membentuk kekuasaan.

3. (Merry dan Tanti) Jelaskan persamaan dari bentuk-bentuk dasar dari historiografi Islam?
• Kesemuanya menceritakan cerita-cerita kepahlawanan dari orang-orang Arab yang berperang untuk mengislamkan suku-suku yang ditakhukannya.
• Kebayakan bentuk dasar dari historiografi Islam dituliskan dalam lembaran-lembaran kertas, kulit binatang dan daun lontar kemudian dikumpulkan untuk dijadikan sebuah buku oleh para penulis sejarah Islam.
• Kebayakan bentuk dasar dari historiografi Islam dituliskan dalam bentuk syair-ayair karena mengingat keadaan geografis di Arab yang terdiri dari padang pasir yang mempuyai suhu udara yang panas, membuat orang Arab ingin melepaskan kelelahannya dengan bersyair.
Bentuk-bentuk dasar dari historiografi Islam yang banyak diterapkan dalam sejarah yaitu analitik, karena:
• Memudahkan sistematika penulisan sejarah.
• Merupakan rangkuman dari suatu peristiwa menurut seorang sejarawan.
• Memudahkan pembaca dalam memahami suatu peristiwa sejarah.
• Merupakan penghubung dari fakta-fakta sejarah.

4. (Shinta) Bentuk-bentuk dari historiografi Islam yang ada di Indonesia?
Yaitu: hikayat, babad(babad tanah jawi) dan diwarnai oleh nuansa Islam. Shalawat Nabi atau puji-pujian, dan syair. Shalawat badar yaitu perjuangan nabi Muhamad




5. (Muriyani) Jelaskan tujuan dari khabar?
• Tujuan asal dan yang lazim adalah untuk memberitahu kepada mukhatab sesuatu yang belum ia ketahui.
• Tujuan lainnya adalah ta’tsir nafsi(memberikan kesan kejiwaan)yang meliputi: izhah(nasihat), sikhriyah(olok-olok), istihtsaats(membangkitkan semangat)dan madh(pujian).

6. (Susi) Jelaskan perbedaan pengaruh historiografi Islam yang datang dari luar Arab?
• Yunani, pengaruhnya masuk dalam historiografi Islam dari Lebanon dimana pada saat itu mayoritas penduduknya beragama Katholik yang berasal dari Yunani dan melakukan kontak kebudayaan dengan orang Arab.
• Persia, pengaruhnya berupa hukum yang berasal dari Persia dimana orang yang melakukan pembunuhan akan dipengal kepalanya oleh seorang Algojo (eksekutor) atas perintah penguasa. Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa hidup dengan damai dan meminimalisir tindak kejahatan.

7. (Hesti) Jelaskan ciri-ciri dari historiografi Islam ?
• Istana sentris: Penulisannya berdasarkan kejayaan kekhalifahan Islam, seperti pada masa Ummayah yang telah mampu meluaskan kekuasaan islam kearah Barat meliputi Afrika Utara dan Spayol bagian Selatan.
• Rajasentris: Penulisannya berdasarkan kejayaan kekhalifahan Islam, seperti pada masa Abu Bakar sebagai sahabat dan pengganti nabi Muhamad yang meneruskan pemerintahan Islam di Arab.
• Geneologi: Penulisannya berdasarkan silsilah kehidupan khalifah seperti pada masa pemerintahan Ali yang merupakan petera dari Abu Thalib dan sekaligus sebagai menantu nabi Muhamad yang memperistri siti Aisyah, sehingga dapat melanjutkan keturunan nabi Muhamad.
• Sinandi: Dalam pengislaman keberbagai wilayah dilakukan dengan cara peperangan karena pada saat itu sulit dilakukan dalam keadaan damai, sedangkan dalam historiografi Islam mereka dikisahkan sebagai penyelamat bagi orang-orang yang memuja banyak Dewa karena mereka tidak fokus dalam melakukan pemujaan.
• Religiomagis: Penulisannya berdasarkan kehidupan orang Arab yang telah memeluk agama Islam sebagai agama negara sehingga merupakan kewajiban bagi pemeluknya untuk menyebarluaskan ke berbagai penjuru dunia.
• Etnosentris: Penulisaanya berdasarkan kesukuan yang mengistimewakn suku Arab sebagai suku yang kuat yang telah mampu memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang terjadi di Timur Tengah karena pada saat itu kerajaan Romawi sedang menagalammi kemunduran. Dan suku Arab mampu menguasai kekuasaan Romawi dengan mengembangkan kebudayaan Romawi itu sendiri.
Sumbangan historiografi Islam bagi sejarah nasional Indonesia.
Adanya historiografi Islam di Indonesia (seperti kerajaan Demak dam Mataram Islam) yang mendapat pengaruh dari pedagang-pedagang Arab yang ingin mencari rempah-rempah di nusantara, sehingga terjadi kontak budaya. Orang Arab yang berdagang ke nusantara menceritakan kehidupan keagamaan yang ada di Arab berupa agama Islam, ternyata masyarakat di nusantara sudah memilki keagamaan berupa agama Hindhu-Budha. Sedangkan pada abad ke 13 kerajaan yang bercorak Hindhu-Budha sedang mengalami kelemahan kekuasaan dan pengaruh Islam dapat masuk ke nusantara. Para pedagang inipun disertai para pemuaka agama untuk mendampingi kegiatan spiritual para pedagang, sesampainya ditujuan pemuka agama selanjutnya menyebarkan agama Islam sebagai pertanggung jawabnya menjadi seorang muslim.



8. (Alpian) Mengapa historiografi Islam mendapat pengaruh dari luar Arab?
Karena pada dasarnya wilayah di Arab ini tidak subur yang mengakibatkan kehidupan masyarakatnya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan air sulit didapatkan di sini sehingga terjadi pertikaian antar suku-suku di Arab, dan mereka tidak sempat untuk mengebangkan kebudayaannya. Baru setelah mereka mendapat pengaruh dari luar Arab mereka dapat mengembangkannya yang berdampak lahirnya kekuasaan Arab sehingga mampu menguasai wilayah yang subur untuk kelangsungan suku Arab.
Historiografi Islam yang asli.
Berupa tulisan Arab yang menterjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa Arab untuk memudahkan orang Arab dalam mempelajarinya, penterjemahan buku asing ini dapat berkembang dengan cepat karena khalifah akan memberika hadiah emas dengan berat yang sama atas buku yang telah diterjemahkan.
(Sumber: W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam Kajian Kritis dar Tokoh Orientalis (terj), Yogyakarta, PT Tiara Wacana Yogya, 1990, hlm.15)










DAFTAR PUSTAKA

Umar, A. Mu’in, Historiografi Islam (Pertumbuhan dan Perkembangannya), Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ushuludin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
7 November 1992.
Umar, A. Mu’in,1977, Pengantar Historiografi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Umar, A. Mu’in, Historiografi Islam (Jakarta: Rajawali Press, t.th.)
Shiddiqie, Nourouzzaman1983, Pengantar Sejarah Muslim (t.tp.: Nur Cahaya).
Al-Hikmah, 1993, Jurnal Studi-studi Islam, edisi Syawwal-Dzulhijjah 1413/ April-Juni
Danar Widiyanta. 2002. Perkembangan Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta:UNY.

Historiografi Islam (mata kuliah sejarah Historiografi sejarah 1 or 2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang universal mengenai nilai dalam kehidupan yang meliputi duniawi dan akhirat. Terlebih Islam adalah agama ilmu dan agama akal yang mendorong umat manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan agar dapat membedakanmana yang benar dan mana yang salah, serta menyelami hakekat alam dan menganalisa segala pengalaman dalam perjalanan hidup. Islam disamping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga dituntut untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, jadi dengan kata lain Islam mewajibkan umatnya untuk belajar dan mengajar.
Saat Islam lahir dan bangkit, terdapat empat peradaban yang eksis saat itu, yaitu Byzantium di Eropa Timur dengan agama Cristio-Hellenistic, Persia di lembah Mesopotamia yang menganut Zoroaster (Majusi), India di Asia Tengah dengan Hiduisme-nya dan negeri Tiongkok di Asia Timur dengan filsafat Confusius. Gesekan-gesekan intelektual ini merupakan salah satu pemantik berkembangnya peradaban Islam di kemudian hari.
Dengan Maju pesatnya Islam tidak lepas dari cara perkembangannya yaitu perkawinan, dakwa, pengajian. Dan dalam lintasan waktu, Islam sebagai sebuah entitas religius dalam komunitas insani telah meninggalkan warisan panjang berupa historiografi. Secara umum, terdapat masalah yang dihadapi oleh historiografi masa awal Islam dan hingga kini belum tuntas. Antara legenda-legenda dan tradisi-tradisi populer Arab masa pra-Islam dengan sejarah yang relatif ilmiah dan eksak yang muncul pada abad kedua hijriyah, masih terbentang satu jurang yang belum dapat dijelaskan.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah yang berkaitan dengan Historiografi Islam yaitu:
1. Bagaimana bentuk-bentuk dasar penulisan sejarah Islam?
2. Bagaimana pengaruh penulisan sejarah Islam?
3. Bagaimana tujuan dan perkembangan historiografi Islam?





PEMBAHASAN

1. Bentuk-bentuk dasar penulisan sejarah Islam
Bentuk dasar berposisi sebagai karakter awal penulisan sejarah dalam tradisi Islam. Bentuk-bentuk ini merupakan kerangka penulisan sejarah yang berisi kisah-kisah, syair-syair dan bait puisi. Pendapat umum para peneliti historiografi tentang beberapa genre awal penulisan sejarah di kalangan Islam dan Arab, adalah meliputi
A. Khabar
Khabar biasa diartikan sebagai ‘laporan’, ‘kejadian’ atau ‘cerita’. Biasanya lebih banyak berisi tentang cerita-cerita peperangan dan kepahlawanan. Karakteristik khabar ditekankan dengan garis sanad yang mendahului tiap-tiap khabar, dan hal itu akan dihilangkan bila menginginkan keringkasan khabar itu atau sekedar menyingkirkan munculnya kecermatan pengetahuan. Khabar Merupakan bentuk historiografi yang paling tua yang langsung berhubungan dengan cerita perang dengan uraian yang baik dan sempurna ditulis dalam beberapa halaman. Sejarawan yang menggunakan bentuk Khabar misalnya Ali ibn Muhammad al-Madaini. Khabar mempunyai ciri khas sebagai berikut: tidak mempunyai hubungan sebab akibat di antara dua atau lebih peristiwa-peristiwa.
Dalam khazanah historiografi, dapat disimpulkan tiga ciri khabar.
• Dalam khabar tidak terdapat hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa. Tiap-tiap khabar sudah melengkapi dirinya sendiri dan tidak membutuhkan referensi pendukung.
• sesuai dengan ciri khasnya yang berakar jauh sebelum Islam, cerita-cerita perang dalam bentuk khabar tetap mempergunakan cerita pendek, memilih situasi dan peristiwa yang disenangi dan kadang menyalahi kejadian yang sebenarnya. Peristiwa selalu disajikan dalam bentuk dialog antar pelaku sehingga memudahkan ahli sejarah dalam melakukan pembacaan dan analisa.
• bentuk khabar cukup bervariasi, sebagai cerita pertempuran yang terus-menerus dan sebagai suatu ekspresi yang artistik, khabar juga disajikan dalam bentuk puisi serta syair-syair. Banyak sedikitnya syair tergantung kemauan dan ekspresi psikologis penulis.
Ada Terdapat pertanyaan yang agak mengganjal tentang kapan karya pertama berbentuk khabar ada dalam penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang Islam. Literatur Islam permulaan tidak menyediakan jawaban, sementara sumber-sumber bibliografi dan kutipan penulis kontemporer juga tidak membantu. Dengan demikian terjadi jurang pemisah antara literatur Arab yang asli dengan organisasi penerbit buku-buku Islam.
Bentuk khabar di dalam berbagai ragamnya terdapat pula dalam sejarah Muslim, walaupun mereka membatasi kepada catatan peristiwa-peristiwa saja atau menulis nama-nama tanpa ada penjelasan lanjut. Sebagaimana bentuk-bentuk dasar lainnya, jarang sekali muncul apa yang disebut bentuk murni. Biasanya selalu dikombinasikan dengan unsur-unsur lain dalam penulisan sejarah. Sehingga, sebagai misal, dalam menyajikan biografi Nabi Muhammad sudah dilengkapi dengan nasab (silsilah) dan informasi lain seperti daftar nama sahabat yang berjasa dan dikenang dalam perjuangannya.
Ilmuwan sejarah yang menulis dalam bentuk khabar ini diantaranya adalah: Abu Mihnaf Luth Ibn Yahya (w. 774 M) dan al-Haitsam Ibn ‘Adi (w. 821 M) yang karyanya berupa kumpulan monograf dalam bentuk khabar dan nasab. Juga terdapat nama ‘Ali Ibn Muhammad al-Madaini (w. 831 M) yang salah satu karyanya berjudul Al-Murdifat min Quraisy (Wanita Quraisy yang Poliandri). Selanjutnya, pada tahun-tahun kehidupan penulis itu pula historiografi dalam bentuk khabar sebagai bentuk yang berdiri sendiri dalam sejarah mulai berakhir, bentuk selanjutnya mengarah pada kronologi.
B. Analitik
Analitik berasal dari kata dasar anno (tahun). Historiografi dalam bentuk analitik merupakan bentuk khusus penulisan sejarah dengan menggunakan kronologis, yaitu pencantuman kejadian tiap tahun. Biasanya dimulai dengan kalimat “dalam tahun pertama” atau “ketika masuk tahun kesembilan”. Penyajian dalam bentuk ini sepenuhnya berkembang pada masa al-Thabari (wafat 310 H). Karya sejarah permulaan terbit pada dasawarsa pertama abad ke-10 M dan diteruskan sampai tahun 915 M. Al-Thabari bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid al-Thabari al-‘Amuli, adalah seorang penulis sejarah yang terkemuka. Namun pada masanya beliau lebih dikenal sebagai ahli fiqih, bahkan Ibn Nadhim menyejajarkannya dengan imam Malik dan Syafi’i. Dalam perjalanan hidupnya, banyak kitab yang telah dikarang, seperti Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Adab al-Manasik, Adab al-Nufus dan Tahdzib Atsar. Yang masih diperdebatkan adalah tentang afiliasi politik al-Thabari terhadap Syi’ah Rafidhah.
Namun, sebelum al-Thabari juga telah berkembang penulisan dalam bentuk analitik, misalnya: (1) Sejarah Khalifah Ibn Hayyat yang ditulis sampai tahun 847 M sebagai bentuk analitik yang memulai uraiannya mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sirah nabawiyah, (2) Kitab sejarah dari Ya’qub ibn Sufyan (wafat 891 M) yang ditulis berdasar urutan tahun dengan beberapa kutipan. (3) Sejarah dari Ibn Abi Haitsamah (wafat 893 M).
Mu’in Umar menjelaskan, secara teori penulis-penulis muslim lebih dahulu berkenalan dengan penggunaan data sejarah dan sejak diperkenalkan tahun Hijriyah, mereka sampai pada kesimpulan bahwa bentuk analitik merupakan cara yang sangat menyenangkan dalam penyajian sejarah. Karena kepraktisan dan muatan isi penulisan yang lebih padat. Mungkin itu yang dijadikan alasan.
Contoh bentuk analitik ini, di antaranya ditunjukkan oleh Ibn Hajar yang berjudul al-Durar al-Kaminah fi A’yan al-Miati al-Saminah yang menyajikan biografi tokoh-tokoh terkemuka, termasuk guru-gurunya yang disusun menurut hijaiyah yang terdiri dari dua bagian, pertama disajikan menurut riwayah dan kedua dengan cara dirayah, sesuai tahun mereka meninggal.
Penulisan bentuk analitik, awalnya menggunakan klasifikasi tahun, sementara penyebutan bulan sangat sedikit. Terjadi pengecilan scope lintasan waktu, pada abad 14 dan 15 pasca Kristus, pengecilan itu mencapai hitungan bulan dan hari. Sedangkan kristalisasi historiografi seratustahunan (seabad) berlaku sampai akhir abad ke-13 masehi. Untuk pertama kali, perkataan “qarn” (abad) muncul dalam judul yang berhubungan dengan abad itu, misalnya karya Ibn al-Fuwaithi dan Lisanuddin ibn al-Khatib.
C. Catatan dinasti
Tidak ada penulisan sejarah di masa lalu yang dapat lepas dari intervensi penguasa. Hampir seluruh catatan sejarah adalah cerita tentang kekuasaan, kemenangan perang dan kepahlawanan sang pendiri dinasti serta anak cucunya. Bahkan banyak terdapat biografi-biografi khusus yang menulis tentang raja-raja itu. Misalnya karya al-Qudla’i yang berjudul ‘Uyun al-Ma’arif. Maka tidak heran jika muncul adagium bahwa sesungguhnya sejarah adalah milik penguasa. Rakyat kecil maupun bawahan hanya menjadi footnote (catatan kaki) yang kadang malah tidak tertulis sama sekali. Namun, bagaimanapun, biografi dinasti dan penguasanya merupakan sebuah bentuk dasar historiografi Islam. Perkataan “daulah” yang berarti peredaran dan pergiliran sebetulnya menjadi dasar kultural linguistik bagi penulisan model historiografi dinasti ini. Teori penggantian penguasa seperti pada masa al-Kindi, mengisyaratkan hal itu. Selain juga terdapat pengaruh yang besar dari budaya intelektual Persia dan Syiah.
Model penulisannya adalah menurut pergantian kekuasaan khalifah secara berurutan. Misalnya seperti Sinan ibn Tsabit yang terlebih dahulu menguraikan khalifah al-Mu’tadlid yang semasa dengannya baru kemudian menguraikan khalifah sebelumnya. Contoh biografi raja yang komprehensif adalah karya al-Haitsan ibn ‘Adi dan al-Madaini yang berjudul Biografi Mu’awiyah dan Bani Umayyah pada pertengahan abad kedua hijriyah (lk. 767 M) .
Susunan dinasti dalam sejarah Islam sama halnya dengan penyajian sejarah pra Islam yang ditulis oleh penulis-penulis muslim dalam bentuk bangsa-bangsa dan dinasti-dinasti. Uraian mengenai sejarah pra Islam pada umumnya mendapat kesulitan, karena orang Islam tidak pernah menemukan sistem penentuan waktu untuk periode pra Islam, seperti waktu Sebelum Masehi (SM) yang biasa dipergunakan oleh penulis-penulis Barat. Untuk penulisan sejarah dinasti pra Islam, penulis Arab mendapat kontribusi berarti dari khazanah Yunani, Byzantium dan Persia. Terdapat juga sedikit tambahan dari India dan Cina, namun penerjemahan itu kurang begitu lancar sebab jiwa nasionalisme yang kuat dari sejarawan kala itu macam al-Dinawari dan Miskawayh.
D. Thabaqat
Thabaqat berarti lapisan. Transisi masyarakat dari satu lapisan atau kelas dalam penggantian kronologis generasi mudah dilakukan. Sebagaimana qarn yang mendahului arti thabaqat, yang dalam penggunaannya berarti generasi. Ahli-ahli leksikografi mencoba menetapkan ukuran panjang yang pasti dari thabaqat. Sebagian mereka menentukan suatu lapisan generasi itu 20 tahun sedang lainnya 40 tahun. Ada juga yang berpendapat thabaqat itu 10 tahun. Menurut penulis, thabaqat lebih mirip klasifikasi penulisan sejarah berdasarkan pada “batasan waktu” hidupnya. Dalam sepuluh tahun pertama, misalnya, terdapat tokoh-tokoh dengan kesamaan orientasi dan budaya intelektual. Maka jadilah klasifikasi sedemikian rupa yang selanjutnya ini menjadi metode tersendiri.
Dalam tradisi Islam sendiri, thabaqat merupakan sesuatu yang amat lazim. Terutama jika merujuk pada sejarah Muhammad; dalam lingkaran dan lintasan waktu perkembangan agama Islam, terdapat lapisan shahabat, tab’in, tabi’ al-tabi’in dan seterusnya. Hal ini berhubungan dengan kritik isnad dalam ‘ulum al-hadits. Pada mulanya, sebagai contoh dalam karya ibn Sa’ad, penyusunan thabaqat dipergunakan sebagai biografi para penguasa yang penting dalam pemindahan hadits. Dalam sejarah lokal, semacam karya Washal Sejarah Wasith di dalamnya hanya dibatasi para perawi hadits. Kemudian dapat dipergunakan untuk kelas-kelas kelompok pribadi terutama yang tergolong ulama. Selanjutnya juga digunakan untuk klasifikasi kejadian-kejadian sebagaimana yang terdapat dalam kitab al-Dzahabi yang berjudul Tarikh al-Islam wa Thabaqati Masyahir al-‘Alam.
Yang penting dalam karya thabaqat ini ialah untuk memperoleh suatu gambaran yang nyata tentang apa yang sebenarnya harus dicari dan diteliti. Dalam karya Abu Ishaq yang berjudul Thabaqat al-Fuqaha’ seseorang menginginkan sebanyak mungkin informasi, sehingga memungkinkan mereka untuk mendapatkan biografi tokoh dalam suatu wilayah dan lokasi.
Cara alfabetis penyusunan biografi ini banyak memberikan kemudahan bagi generasi selanjutnya. Dalam kitab al-Dibaj yang disusun oleh Ibn Farhun (abad 14 M), ulama-ulama Malikiyah diuraikan sesuai nama mereka, dan ini dibagi lagi ke dalam thabaqat kemudian thabaqat disusun menurut geografis.
E. Nasab.
Nasab adalah catatan silsilah keluarga. Bagi orang Arab, menjaga jalur keturunan, terutama bagi yang mempunyai nenek moyang tokoh terhormat menyebabkan mereka harus menuliskannya. Keuntungan posisi dan status sosial ekonomi kadang membuat orang menyalahgunakan nasab ini. Nasab, kemudian menjadi bentuk dasar bagi historiografi Islam.
Selama abad kedelapan dan sembilan masehi, para ahli filsafat sejarah kuno, pada saat yang bersamaan juga merupakan ahli dalam bidang garis keturunan. Karya-karya mereka merupakan bentuk khabar yang berisi kumpulan berbagai kelompok kabilah (suku). Salah satu monograf yang berkenaan dengan garis keturunan yang mula-mula sekali adalah Kitab Hadzfu min Nasab Quraisy mengenai keluarga kecil suku Quraisy tanpa nabi Muhammad yang disusun oleh Mu’arrij ibn ‘Amr al-Sadusi. Selain itu terdapat nama al-Zubair ibn Abu Bakkar (w. 870 M) yang menulis kitab berjudul Nasab Quraisy, walaupun kitab ini lebih banyak membahas budi pekerti orang Quraisy daripada pohon keluarganya. Sebuah kitab dari al-Baladzuri berupa biografi tokoh berjudul Kitab al-Ansab didominasi biografi khalifah. Bentuknya adalah khabar dan historiografi dinasti.
Bentuk penulisan nasab ini ada dua. Penulis bermadzhab Syi’ah, Tajuddin ibn Muhammad dalam pengantarnya untuk kitab Ghayat al-Ikhtishar fi Akhbari al-Buyutati al-‘Alawiyah, memasukkan dua macam penyajian untuk informasi garis keturunan, yaitu bentuk pohon dan bentuk datar/lajur (mabsuth).
Sebenarnya, orang-orang Arab sejak masa lalu telah terbiasa membuat jalur keturunannya sendiri, dan ini merupakan cabang ilmu pengetahuan yang khusus dan seringkali dihubungkan dengan syair. Kebanggaan keluarga, sangat tergantung pada apa yang telah dilakukan nenek moyangnya dalam peristiwa ayyam al-A’rab (perang antara kabilah Arab) maupun peristiwa lain dan itu disusun dalam bentuk syair.
Seorang sejarawan muslim India, Nizar Ahmed Faruqi dalam disertasinya berjudul Early Muslim Historiography (1979) menyatakan bahwa nasab merupakan satu-satunya sumber bagi penyusunan historiografi Islam, dengan mengambil dasar dari al-Quran surat al-Hujurât [49] ayat 13.

2. Pengaruh Penulisan sejarah Islam
Dalam penulisan sejarah Islam ada beberapa pengaruh dari luar seperti
• Pengaruh dari Luar Arab
Gesekan budaya antara Islam yang baru lahir dan berkembang dengan bangsa oukimene (berperadaban) yang lain menyebabkan historiografi Islam sedikit banyak mengambil corak dari filsafat dan budaya intelektual yang diterjemahkan maupun dikutip oleh penulis-penulis sejarah muslim. Pada masa kekhalifahan al-Makmun, ketika penerjemahan naskah Yunani dengan materi filsafat dan sejarah digalakkan melalui institusi Dar al-Hikmah itu, perkembangan penulisan sejarah juga makin marak.
• Pengaruh Yunani
Dalam bentuk analitik, historiografi Yunani memberikan pengaruh besar. Kronik Yunani pada periode itu ketika Islam datang menyajikan bentuk historiografi analitik secara jelas melalui penulis muslim kontemporer. Ketika itu Ioannes Malalas, menggunakan struktur analitik sehubungan kekuasaan kaisar-kaisar. Terdapat juga data-data tentang sarjana-sarjana, filosof dan pemimpin gereja walaupun pada saat yang sama mereka juga politikus.
Yang menarik justru pernyataan Muin Umar, bahwa tidak pernah ada naskah klasik historiografi Yunani yang pernah sampai ke dunia Arab. Alasan yang dikemukakan adalah kecurigaan dari para ulama terhadap literatur sejarah lebih dari literatur pengetahuan lainnya. Selain juga kurikulum Yunani-Persia sangat jarang dimasukkan dalam pendidikan tinggi Islam.
Model Yunani ini, masuk dalam lingkar intelektual Islam melalui Syiria, dimana mayoritas beragama Kristen yang sering melakukan kontak dengan masyarakat luar seperti Yunani dan Byzantium. Dari segi jumlah, kurang tepat bila disebutkan bahwa historiografi analitik Islam pada mulanya berasal dari model Syiria dan Yunani. Hal ini lebih karena masuknya orang-orang Kristen ke dalam Islam. Terdapat sebuah naskah sejarah Yunani, Akhbar al-Yunaniyiin, yang bentuk, isi dan penulisannya tidak begitu jelas. Menurut riwayat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Habib ibn Bahrez dari Mosul Irak, yang hidup di masa al-Makmun dan penerjemahannya dilakukan oleh Hamzah al-Isfahani dan Qadli Waqi’ (wafat 918 M).
• Pengaruh Byzantium
Dalam konteks persentuhan dengan Byzantium, lebih banyak berasal dari penganut agama Kristen yang berbangsa Arab sehingga interaksi dengan kaum muslimin cukup sering dan terjadi transfer pengetahuan terhadap mereka. Peradaban Byzantium yang Kristen itu cukup memperhatikan penulisan sejarah, dan mereka cukup respek jika literatur historiografi menempati posisi yang besar dalam literatur Byzantium. Perlu disebutkan bahwa Bibliotheca of Photius abad sepuluh masehi, sebagian besar mencurahkan uraiannya mengenai sejarah dari segala sisi.
Persentuhan dengan Byzantium melalui Syiria ini mencatatkan Kronik Edessa pada abad keenam masehi yang merupakan karya analitik. Juga oleh Jacob van Edessa pada abd ke-7 M yang mahir menuliskan tentang peristiwa alam, bencana, gempa, kekeringan, hama dan sebagainya. Walaupun dia mengalami kesulitan kronologis karena adanya perbedaan almanak dalam naskah klasik terakhir.
Informasi bagi orang Islam sekitar orang Romawi dan raja-raja Kristen kembali kepada sumber-sumber Yunani Kristen atau Syiria, demikian pula mengenai Perjanjian Lama dan Baru, juga berita tentang raja-raja Babylonia dan Asyiria juga kembali pada sumber-sumber Kristen.
• Pengaruh Persia
Sebenarnya, bukti yang tersedia tentang bentuk historiografi Persia abad tujuh masehi sangat kurang. Ketiadaan ini menyebabkan kesulitan penentuan penggunaan bentuk analitik dalam historiografinya. Banyak yang menganggap, pendapat yang menekankan pengaruh Persia pada keaslian histoiografi analitik Islam telah gugur. Namun kita masih dapat melacak adanya pengaruh yang tidak kecil dalam konsepsional penulisan sejarah Islam.
Dalam contoh ini adalah penulisan sejarah Raja-raja. Shiddiqie memberikan argumentasi dengan data masuknya tradisi intelektual Persia dalam khazanah Islam. Bahkan buku Persia berjudul Khuday-nama—yang merupakan kisah raja-raja, dan dianggap menjadi buku patokan penulisan biografi Arab—telah masuk dalam historiografi Arab satu abad sebelum Ibn Mukhaffa (w. 139 H). Pengaruh Persia ini cukup negatif. Banyak kisah dalam Khuday-nama yang memuat mitos pribadi dan spekulasi pendeta, juga legenda-legenda Avestik dan roman Iskandar bahkan cerita-cerita tradisi asli Sasanian sering disepuh dengan epik dan retorika.
3. Tujuan dan Perkembangan Historiografi Islam
Tujuan historiografi Islam adalah untuk menunjukan perkembangan konsep sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan, dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah Islam.
Dalam Perkembangan peradaban Islam merupakan pencerminan besar dalam sejarah. Beberapa hal yang mendorong perkembangan pesat bagi penulisan sejarah Islam antara lain adanya konsep Islam sebagai agama yang mengandung sejarah, dan adanya kesadaran sejarah yang dipupuk oleh nabi Muhammad. Perkembangan sejarah Islam terjadi dalam 2 tahap yaitu awalnya informasi disampaikan secara lisan.
KESIMPULAN

I. Dalam bentuk penulisan historiografi Islam ada lima bentuk antara lain:
A .Khabar
Khabar biasa diartikan sebagai ‘laporan’, ‘kejadian’ atau ‘cerita’. Biasanya lebih banyak berisi tentang cerita-cerita peperangan dan kepahlawanan. Karakteristik khabar ditekankan dengan garis sanad yang mendahului tiap-tiap khabar, dan hal itu akan dihilangkan bila menginginkan keringkasan khabar itu atau sekedar menyingkirkan munculnya kecermatan pengetahuan
Dalam khazanah historiografi, dapat disimpulkan tiga ciri khabar:
• Dalam khabar tidak terdapat hubungan sebab akibat antara dua atau lebih peristiwa.
• sesuai dengan ciri khasnya yang berakar jauh sebelum Islam, cerita-cerita perang dalam bentuk khabar tetap mempergunakan cerita pendek, memilih situasi dan peristiwa yang disenangi dan kadang menyalahi kejadian yang sebenarnya.
• bentuk khabar cukup bervariasi, sebagai cerita pertempuran yang terus-menerus dan sebagai suatu ekspresi yang artistik, khabar juga disajikan dalam bentuk puisi serta syair-syair.
b. Analitik
Analitik berasal dari kata dasar anno (tahun). Historiografi dalam bentuk analitik merupakan bentuk khusus penulisan sejarah dengan menggunakan kronologis, yaitu pencantuman kejadian tiap tahun.
c. Catatan dinasti
Tidak ada penulisan sejarah di masa lalu yang dapat lepas dari intervensi penguasa. Hampir seluruh catatan sejarah adalah cerita tentang kekuasaan, kemenangan perang dan kepahlawanan sang pendiri dinasti serta anak cucunya. Bahkan banyak terdapat biografi-biografi khusus yang menulis tentang raja-raja itu. Misalnya karya al-Qudla’i yang berjudul ‘Uyun al-Ma’arif. Maka tidak heran jika muncul adagium bahwa sesungguhnya sejarah adalah milik penguasa.
d. Thabaqat
Thabaqat berarti lapisan. Transisi masyarakat dari satu lapisan atau kelas dalam penggantian kronologis generasi mudah dilakukan. Sebagaimana qarn yang mendahului arti thabaqat, yang dalam penggunaannya berarti generasi.
e. Nasab.
Nasab adalah catatan silsilah keluarga. Bagi orang Arab, menjaga jalur keturunan, terutama bagi yang mempunyai nenek moyang tokoh terhormat menyebabkan mereka harus menuliskannya. Keuntungan posisi dan status sosial ekonomi kadang membuat orang menyalahgunakan nasab ini. Nasab, kemudian menjadi bentuk dasar bagi historiografi Islam.
II. Pengaruh penulisan sejarah Islam
• Pengaruh dari Luar Arab
Gesekan budaya antara Islam yang baru lahir dan berkembang dengan bangsa oukimene (berperadaban) yang lain menyebabkan historiografi Islam sedikit banyak mengambil corak dari filsafat dan budaya intelektual yang diterjemahkan maupun dikutip oleh penulis-penulis sejarah muslim
• Pengaruh Yunani
Dalam bentuk analitik, historiografi Yunani memberikan pengaruh besar. Kronik Yunani pada periode itu ketika Islam datang menyajikan bentuk historiografi analitik secara jelas melalui penulis muslim kontemporer.
• Pengaruh Byzantium
Dalam konteks persentuhan dengan Byzantium, lebih banyak berasal dari penganut agama Kristen yang berbangsa Arab sehingga interaksi dengan kaum muslimin cukup sering dan terjadi transfer pengetahuan terhadap mereka.
• Pengaruh Persia
Sebenarnya, bukti yang tersedia tentang bentuk historiografi Persia abad tujuh masehi sangat kurang. Ketiadaan ini menyebabkan kesulitan penentuan penggunaan bentuk analitik dalam historiografinya.


Jawaban Pertayaan

1. (Rika) Bagaimanakah penyajian biografi melalui analitik?
Penyajiannya dilakukan dengan cara kronologis yaitu secara berurutan berdasarkan urutan waktu, misalnya: kejadian-kejadian tiap tahun dicantumkan, biografi melalui analitik biasannya dimulai dari kelahiran tokoh yang akan dituliskan, prestasai yang dapat dicapai tokoh tersebut dan sampai kematian tokoh dituliskan dalam biografi.
(Sumber: H.A. Mukmin Umar, Historiografi Islam, Jakarta, CV. Rajawali, 1988. hlm.33)

2. (Ika) Pengaruh dari luar manakah yang paling kuat yang mempengarui bentuk-bentuk dasar dari historiografi Islam ?
Yunani, karena kebudayaan Arab merupakan pengembangan dari kebudayaan Yunani, yaitu ketika orang-orang Yunani yang memeluk agama Katholik dan dilarang oleh pemerintah Yunani karena dianggap akan merubah kehidupan religius bangsa Yunani yang menyembah banyak Dewa, maka mereka melarikan diri ke Syria, disinilah terjadi kontak kebudayaan dengan orang Arab.
Bukti.
Pada masa kekalifahan Abbasiah orang Arab mampu merebut kota Konstantinopel yang sudah diinginkan orang Arab sejak ke khalifahan Usman bin Khatab. Kota ini sulit direbut karena mempunyai pertahanan laut yang unik berupa pemasangan rantai besi di pintu masuk jalur laut menju kota Konstantinopel sehingga kapal musuh tidak dapat mendekat. Namun armada laut Arab mempuyai srategi dalam berperang yaitu mengangkat kapal melewati tanah dengan melapisi tanah terlebih dahulu dengan belahan kayu agar kapal tidak tersangkut kedalam tanah dan akhirnya mereka sampai ke kota Konstantinopel dan memperoleh kemenangan. Dengan cara inilah pengaruh dari Yunani berupa strategi berperang dan angkatan laut yang kuat dimanfaatkn orang Arab untuk membentuk kekuasaan.

3. (Merry dan Tanti) Jelaskan persamaan dari bentuk-bentuk dasar dari historiografi Islam?
• Kesemuanya menceritakan cerita-cerita kepahlawanan dari orang-orang Arab yang berperang untuk mengislamkan suku-suku yang ditakhukannya.
• Kebayakan bentuk dasar dari historiografi Islam dituliskan dalam lembaran-lembaran kertas, kulit binatang dan daun lontar kemudian dikumpulkan untuk dijadikan sebuah buku oleh para penulis sejarah Islam.
• Kebayakan bentuk dasar dari historiografi Islam dituliskan dalam bentuk syair-ayair karena mengingat keadaan geografis di Arab yang terdiri dari padang pasir yang mempuyai suhu udara yang panas, membuat orang Arab ingin melepaskan kelelahannya dengan bersyair.
Bentuk-bentuk dasar dari historiografi Islam yang banyak diterapkan dalam sejarah yaitu analitik, karena:
• Memudahkan sistematika penulisan sejarah.
• Merupakan rangkuman dari suatu peristiwa menurut seorang sejarawan.
• Memudahkan pembaca dalam memahami suatu peristiwa sejarah.
• Merupakan penghubung dari fakta-fakta sejarah.

4. (Shinta) Bentuk-bentuk dari historiografi Islam yang ada di Indonesia?
Yaitu: hikayat, babad(babad tanah jawi) dan diwarnai oleh nuansa Islam. Shalawat Nabi atau puji-pujian, dan syair. Shalawat badar yaitu perjuangan nabi Muhamad




5. (Muriyani) Jelaskan tujuan dari khabar?
• Tujuan asal dan yang lazim adalah untuk memberitahu kepada mukhatab sesuatu yang belum ia ketahui.
• Tujuan lainnya adalah ta’tsir nafsi(memberikan kesan kejiwaan)yang meliputi: izhah(nasihat), sikhriyah(olok-olok), istihtsaats(membangkitkan semangat)dan madh(pujian).

6. (Susi) Jelaskan perbedaan pengaruh historiografi Islam yang datang dari luar Arab?
• Yunani, pengaruhnya masuk dalam historiografi Islam dari Lebanon dimana pada saat itu mayoritas penduduknya beragama Katholik yang berasal dari Yunani dan melakukan kontak kebudayaan dengan orang Arab.
• Persia, pengaruhnya berupa hukum yang berasal dari Persia dimana orang yang melakukan pembunuhan akan dipengal kepalanya oleh seorang Algojo (eksekutor) atas perintah penguasa. Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa hidup dengan damai dan meminimalisir tindak kejahatan.

7. (Hesti) Jelaskan ciri-ciri dari historiografi Islam ?
• Istana sentris: Penulisannya berdasarkan kejayaan kekhalifahan Islam, seperti pada masa Ummayah yang telah mampu meluaskan kekuasaan islam kearah Barat meliputi Afrika Utara dan Spayol bagian Selatan.
• Rajasentris: Penulisannya berdasarkan kejayaan kekhalifahan Islam, seperti pada masa Abu Bakar sebagai sahabat dan pengganti nabi Muhamad yang meneruskan pemerintahan Islam di Arab.
• Geneologi: Penulisannya berdasarkan silsilah kehidupan khalifah seperti pada masa pemerintahan Ali yang merupakan petera dari Abu Thalib dan sekaligus sebagai menantu nabi Muhamad yang memperistri siti Aisyah, sehingga dapat melanjutkan keturunan nabi Muhamad.
• Sinandi: Dalam pengislaman keberbagai wilayah dilakukan dengan cara peperangan karena pada saat itu sulit dilakukan dalam keadaan damai, sedangkan dalam historiografi Islam mereka dikisahkan sebagai penyelamat bagi orang-orang yang memuja banyak Dewa karena mereka tidak fokus dalam melakukan pemujaan.
• Religiomagis: Penulisannya berdasarkan kehidupan orang Arab yang telah memeluk agama Islam sebagai agama negara sehingga merupakan kewajiban bagi pemeluknya untuk menyebarluaskan ke berbagai penjuru dunia.
• Etnosentris: Penulisaanya berdasarkan kesukuan yang mengistimewakn suku Arab sebagai suku yang kuat yang telah mampu memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang terjadi di Timur Tengah karena pada saat itu kerajaan Romawi sedang menagalammi kemunduran. Dan suku Arab mampu menguasai kekuasaan Romawi dengan mengembangkan kebudayaan Romawi itu sendiri.
Sumbangan historiografi Islam bagi sejarah nasional Indonesia.
Adanya historiografi Islam di Indonesia (seperti kerajaan Demak dam Mataram Islam) yang mendapat pengaruh dari pedagang-pedagang Arab yang ingin mencari rempah-rempah di nusantara, sehingga terjadi kontak budaya. Orang Arab yang berdagang ke nusantara menceritakan kehidupan keagamaan yang ada di Arab berupa agama Islam, ternyata masyarakat di nusantara sudah memilki keagamaan berupa agama Hindhu-Budha. Sedangkan pada abad ke 13 kerajaan yang bercorak Hindhu-Budha sedang mengalami kelemahan kekuasaan dan pengaruh Islam dapat masuk ke nusantara. Para pedagang inipun disertai para pemuaka agama untuk mendampingi kegiatan spiritual para pedagang, sesampainya ditujuan pemuka agama selanjutnya menyebarkan agama Islam sebagai pertanggung jawabnya menjadi seorang muslim.



8. (Alpian) Mengapa historiografi Islam mendapat pengaruh dari luar Arab?
Karena pada dasarnya wilayah di Arab ini tidak subur yang mengakibatkan kehidupan masyarakatnya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan air sulit didapatkan di sini sehingga terjadi pertikaian antar suku-suku di Arab, dan mereka tidak sempat untuk mengebangkan kebudayaannya. Baru setelah mereka mendapat pengaruh dari luar Arab mereka dapat mengembangkannya yang berdampak lahirnya kekuasaan Arab sehingga mampu menguasai wilayah yang subur untuk kelangsungan suku Arab.
Historiografi Islam yang asli.
Berupa tulisan Arab yang menterjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa Arab untuk memudahkan orang Arab dalam mempelajarinya, penterjemahan buku asing ini dapat berkembang dengan cepat karena khalifah akan memberika hadiah emas dengan berat yang sama atas buku yang telah diterjemahkan.
(Sumber: W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam Kajian Kritis dar Tokoh Orientalis (terj), Yogyakarta, PT Tiara Wacana Yogya, 1990, hlm.15)










DAFTAR PUSTAKA

Umar, A. Mu’in, Historiografi Islam (Pertumbuhan dan Perkembangannya), Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ushuludin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
7 November 1992.
Umar, A. Mu’in,1977, Pengantar Historiografi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
Umar, A. Mu’in, Historiografi Islam (Jakarta: Rajawali Press, t.th.)
Shiddiqie, Nourouzzaman1983, Pengantar Sejarah Muslim (t.tp.: Nur Cahaya).
Al-Hikmah, 1993, Jurnal Studi-studi Islam, edisi Syawwal-Dzulhijjah 1413/ April-Juni
Danar Widiyanta. 2002. Perkembangan Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia. Yogyakarta:UNY.

Historiografi Islam

Metodologi sejarah( MK)

1. Pengertian Sejarah dan Obyek Ilmu Sejarah
Sejarah bukan mitos, bukan dongeng ataupun legenda yang penuh dengan khayalan belaka, walaupun sama-sama menceritakan tentang masa lalu yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Akan tetapi sejarah bukan mithos, mithos itu menceritakan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas dan kejadian yang tidak masuk akal orang masa kini, tidak ada penjelasan tentang kapan peristiwa itu terjadi, sedangkan dalam sejarah semua peristiwaitu merupakan fakta yang kebenarannya tidak diragukan lagi.dan sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek kajian. Sejarah juga mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan bangsa ini

2. Penelitian Sejarah
Dalam penelitian sejarah digunakan lima langkah dalam melakukan penelitian, seorang sejarawan bekerja dengan menjalankan metode penelitian sejarah seperti: pemilihan topic yang merupkan langkah awal dalam melakukan penelitian. Pemilihan topic dalam penelitian mengandung 5 unsur yang harus diperhatikan yaitu: bernilai, keaslian, praktis dan efiensi, kesatuan dan kualitas topic. Langkah kedua adalah pengumpulan sumber yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber data dan seterusnya melacak sumber tersebut. Perburuan data dilakukan dengan mengunjungi situs sejarah atau melakukan wawancara saksi sejarah, dengan kata lain sejarawan melakukan rekontruksi peristiwa masa lampau dengan mengumpulkan data atau informasi.
Langkah ketiga adalah Verifikasi atau kritik yang meliputi kemampuan sejarawan dalam menilai sumber sejarah yang ditemukan. Verifikasi atau kritik terhadap sumber sejarah meliputi dua sifat kritik yaitu kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern menyangkut keaslian bahan atau sumber meliputi prasasti, dokumen dan naskah, biasanya sejarawan dapat melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta yang digunakan dalam penulisan dokumen guna menemukan usia dokumen. Kedua adalah kritik intern yang meliputi penilaian, keakuratan sumber sejarah, sejarawan harus memikirkan unsure-unsur yang relevan dalam dokumen secara keseluruhan, langkah keempat Interpretasi yang dilakukan dengan menafsirkan fakta sejarah hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal.
Langkah terakhir yaitu Historiografi yaitu proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dan melakukan penafsiran terhadap data yang ada. Selanjutnya sejarawan menuliskan hasil penafsiran yang telah dilakukan, cara penulisan harus memperhatikan teknik penulisan mengingat perbedaan segmentasi pembaca.
Selain lima langkah yang harus diperhatikan dalam penelitian sejarah seperti yang disebutkan diatas, sejarawan juga dibantu dengan dua kelompok besar yang terangkum dalam ilmu bantu sejarah diantaranya Auxiliary sciences dan Ancilliary disciplines. Kedua kelompok besar ilmu bantumerupakan ilmu yang berkembang dan berdiri sendiri seperti sosiologi, ekonomi, antropologi, politik dan arkeologi, ilmu dasar merupakan cabang ilmu pengetahuan yang belum berkembang jauh digunakan untuk memberikan bahan bagi ilmu sejarah contoh: Kronologi, Numismatic, Paleografi dan Epigrafi

3. Kegunaan dan Jenis-jenis Sejarah
Sejarah sebagai suatu peristiwayang terjadi pada masa lampau agar dapat memberikan kegunaan, baik dalam ilmu politik, sosial, budaya dan pendidikan. Sejarah juga dapat memberikan sumbangan kepada sejarawan untuk menulis dan menggali sumber sejarah yang ada. Selain itu sejarah memiliki kegunaan yang penting dan juga menjadikan seseorang memiliki sikap dan semangat nasionalisme sehingga sejarah memiliki arti dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Struktur dan Waktu dalam Sejarah
Struktur adalah bagian-bagian darisesuatu yang berhubungan satu dengan lain atau sesuatu tersebut disatukan. Menurut Prof. Benny H. Hoed, struktur adalah bangun(teoritis)yang terdiri dari unsure-unsur yang berhubungan satu sama lain. Struktur dalam shorter Oxford English Dictionary adalah hubungan timbale balik dari bagian-bagian atau unsure-unsur pembentuk dari suatu keseluruhan sebagai penentu kodrat atau watak yang istimewa. Ada beberapa macam struktur dalam ilmu alam, ilmu social maupun dalam filsafat. Akan tetapi struktur yang relevan dalam ilmu sejarah adalah khusus sifatnya. Dalam studi sejarah orang tidak cukup membaca dokumen, orang harus membuat rekontruksi mental tentang masa lampau. Dengan demikian orang tidak bisa menghindarkan diri dari struktur kognitif yang ditemukan seseorang untuk sampai ke pemahaman histories. Sejarawan secara khusus harus meraba struktur yang ada pada dunia secara obyektif, lebih-lebih struktur yang diturunkan dari pengalaman sosialnya sendiri sepertiyang dimasukan dalam pemahaman sejarah dan menikmati karya fiksi, novel, drama, cerita pendek.
Berdasarkan kamus umum Bahasa Indonesia waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses perbuatan atau keadaan berlangsung. Apabila kita membahas tentang waktu sebagai suatu rangkaian saat ketika proses berlangsung, maka berarti yang dibahas adalah peristiwa atau kejadian yang lalu atau yang akan datang.
Sejarah memiliki dua dimensi yaitu dimensi spasial (ruang)dan dimensi temporal(waktu). Konsep waktu dalam sejarah meliputi waktu atau tempo yaitu proses kelangsungan suatu peristiwa dan waktu yang mrupakan kesatuan dari kelangsungan tiga dimensi yaitu: masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

5. Eksplanasi Sejarah
Eksplanasi sejarah merupakan kgiatan yang menghubungkan atau mengkaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya melalui penggunaan pernyataan yang tepat dan bersifat umum. Berangkat dari penjelasan umum tersebut maka dilanjutkan dengan penjelasan ilmiah dan penjelasan sejarah. Penjelasan dalam sejarah berupaya untuk menyelami apa yang ada di dalam suatu peristiwa(dapat menghayati peristiwa sebenarnyadari dalam). Bagian dalam suatu peristiwa adalah pikiranyang ada dibalik wujud fisik.
Sedangkan bagian luar peristiwa sejarah adalah wujud fisik atau gerak dari suatu peristiwa Eksplanasi sejarah terdiri dari beberapa bagian yaitu konsep, fakta, kontruksi, dan sebab musabab. Konsep adalah kesimpulan dari gejala-gejala dalam suatu peristiwa sejarah. Fakta adalah suatu unsure yang dijabarkan secara langsung atau tidak langsungdari dokumen sejarah dan dianggap credible(dapat dipercaya). Setelah melalui tahap pengujian sesuai hokum metode sejarah. Kontruksi adalah pembentukan atau penggambaran suatu peristiwa sejarah.
Sebab terbagi menjadi dua bagian: pertama sebab langsung dan kedua sebab tidak langsung. Sebab langsung adalah pemicu peristiwa sejarah yang dapat diketahui dengan observasi, pengamatan, ataupun perekaman. Sedangkan sebab tidak langsung merupakan pemicu terjadinya peristiwa sejarah yang tidak dengan begitu saja dapat dibuktikan namun sebab tidak langsung inilah yang merupakan bagian terpenting dalam pembentukan fakta sejarah. Penyusunan fakta sejarah tidak terlepas dari konsep, ketiga hal ini merupakan bagian terpenting dalam kontruksi sejarah.

6. Pengertian Sejarah, Mitos dan Penulisan Sejarah Eropa Centrisme dan Indonesia Centrisme
Setelah mempelajari pengertian sejarah, mitos, dan penulisan sejarah Eropa centris dan Indonesia centris maka dapat disimpulkan bahwa sejarah bukan mitos, bukan dongengataupun legenda. Walaupun sama-sama menceritakan masa lampau yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Akan tetapi sejarah bukan mitos, mitos merupakan cerita masa lampau yang tidak jelas waktu terjadinya dan kejadian yang tidak masuk akal di jaman modern. Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek kajian dan juga mempunyai peranan besar dalam perkembangan bangsa. Disamping itu adanya penulisan sejarah Eropa centris dan Indonesia Centris yang menunjukkan kepada kita bagaimana keobyektifan para penulis dalam menuliskan karyanya. Dengan adanya penulisan sejarah kita dapat mengetahui bagaimana proses kejadian masa lampau pada waktu itu, serta kebenaranyang sebenarnya terjadi.

7. Konsep Periodisasi dalam ilmu Sejarah
Periodisasi adalah tingkat perimbangan masa atau pembabakan masa. Periodisasi dalam sejarah adalah tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah. Adapun tujuan dari penyusunan periodisasi dalam penulisan sejarah adalah:
• Memudahkan mempelajari sejarah
Peristiwa masa lampau yang demikian panjang dan banyak dikelompokkan, disederhanakan dan diringkas menjadi beberapa periode untuk memudahakan dan memahami sejarah.
• Memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologi
Periode-periode sejarah harus disusun secara kronologis. Peristiwa sejarah tersebut harus dikelompokkan dan disusun berdasarkan urutan waktu kejadian. Dengan demikian memudahkan para pembaca untuk memahami kronologi sejarah yang paling panjang dalam periode yang berkaitan antara satu dengan lainnya.

Commonwealth australia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk diawalinya pemerintahan demokrasi di Australia adalah adanya Australian Colonies Government Act. Dalam Undang-undang-undang ini setiap koloni diberi kebebasan untuk memilih sistem pemerintahan sesuai dengan keinginan masing-masing. Setiap koloni juga boleh menentukan sistem perwakilan yang mereka kehendaki, menetapkan batas-batas kewenangan dan kekuasaan Gubernur, menetapkan jenis pajak serta penggunaan uangnya.
Namun di sisi lain adanya Australian Colonies Government Act ini justru membuka peluang untuk timbulnya perpecahan diantar koloni itu sendiri. Kebebasan untuk mengatur sendiri pemerintahan koloni mereka jadikan untuk membuat pemerintahan sendiri. Negara pertama yang melakukan pemisahan diri adalah New South Wales pada tahun 1855. Kemudian disusul oleh Victoria pada tahun, Tasmania, dan Australia Selatan pada tahun 1856. pada tahun 1859, Queensland memisahkan diri dari New South Wales dan melaksanakan pemerintahan sendiri. Dan pada tahun 1890, Australia Barat melaksanakan pemerintahan sendiri. Sebelum memutuskan untuk membentuk pemerintahan sendiri ternyata koloni-koloni tersebut belum memikirkan secara matang, kesulitan ataupun masalah-masalah yang akan timbul sebagai konsekuensi dari otonomi tersebut. Namun semakin lama koloni-koloni itu berkembang sendiri semakin terasa pula kesulitan-kesulitan yang timbul dalam pemerintahan yang otonom itu. Pada tahun 1847 Earl Grey ,menteri urusan jajahan pada saat itu menyadari perlunya penanganan kepentingan bersama di antara koloni-koloni yang pada akhirnya membentuk Commonwealth of Australia.


B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan, Yaitu
1. Apa faktor-faktor pendorong munculnya gerakan federasi?
2. Apa usaha pemerintah Australia dalam mewujudkan federasi Australia?

PEMBAHASAN

I. Faktor-faktor pendorong Gerakan Federasi
Ketika dikeluarkannya Australian Colonies Government Act, oleh pemerintah Inggris, di Australia telah berdiri empat koloni yang terpisah satu sama lain. Dengan dinyatakannya secara eksplisit bahwa Victoria dipisahkan dari New South Wales, maka jumlah koloni yang berdiri sendiri bertambah menjadi lima. Koloni-koloni yang berdiri sendiri ini sama sekali tidak memikirkan hubungan dengan koloni lainnya. Namun seiring berjalannya waktu mereka terpaksa untuk menyadari betapa pentingnya memikirkan kerjasama tersebut, yang secara eksplisit disebut federasi.
a Faktor Politik
Munculnya kekuatan Eropa lainnya di wilayah Pasifik, yaitu Jerman di Irian Timur Laut, kepulauan Marshall, Solomon, dan Mariana, serta Perancis di Hebrides dirasakan sebagai ancaman bersama oleh orang-orang koloni di Australia. Pada tahun 1883 Queensland bertindak atas wilayah Irian Timur bagian Tenggara karena takut didahului oleh Jerman. Seluruh koloni di Australia mendukung tindakan tersebut, walaupun Inggris pada mulanya tidak menyetujui tindakan tersebut. Dukungan koloni-koloni itu terhadap Queensland sudah menunjukkan bahwa mereka sudah mulai menyadari perlunya tindakan bersama atas munculnya musuh bersama.



b Faktor Sosial
Munculnya faktor sosial ini didorong oleh adanya faktor politik. Sebenarnya harus diakui bahwa ancaman langsung terhadap koloni-koloni itu tidak ada. Namun di koloni-koloni itu telah muncul Common inconveniences atau ketidaksenangan bersama. Sejak tahun 1850 hingga tahun 1900, common inconveniences itu semakin dirasakan. Tidak ada satupun koloni di Australia itu yang menghendaki terjadinya percampuran ras di koloni mereka. Mereka berpikiran bahwa Australia itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang berkulit putih. Pada tahun 1850-an terjadilah apa yang disebut Gold Rush, terutama di New south Wales dan Australia selatan yang menghendaki imigran Cina untuk keluar dari wilayahnya, namun kebijakan itu tidak konsisten sebab tidak lama setelah itu mereka memperbolehkan orang-orang Cina untuk masuk kembali ke wilayah mereka. Ketika Queensland melarang orang-orang Cina untuk masuk ke wilayah mereka maka Australia Selatan dan Australia Barat membutuhkan tenaga imigran Cina sebagai pekerja bagi pembangunan wilayah pedalaman.
c Faktor ekonomi
Dalam tahun 1880-an industri di Sidney dan Melbourne mulai mencari pasar di luar batas-batas wilayahnya. Industri makanan di Sydney memerlukan perluasan pemasaran di Melbourne, namun terhalang oleh ketentuan tentang tarif di Victoria. Begitu juga sebaliknya industri makanan dan tekstil di Melbourne juga memerlukan pasar di Sidney dan Adelaide, akan tetapi terpaksa dijual mahal di Sydney karena mahalnya harga ongkos angkut barang-barang Victoria yang menggunakan kereta api New South Wales. Hal ini menjadi inspirasi bagi munculnya pemikiran untuk melakukan gerakan federasi. Selain itu dorongan untuk bersatu juga datang dari organisasi para pekerja yang disebut Trade Union. Mereka menghendaki adanya keseragaman terhadap tenaga kerja Cina , jumlah jam kerja per hari, serta perlindungan atas hak-hak mereka.

II. Usaha Pemerintah dalam mewujudkan federasi Australia
Pada tahun 1870-an dan 1880-an dalam Intercolonial Conference yang diselenggarakan pada tahun 1880, Henry Parkes menyarankan pembentukan Federal Council untuk menghadapi semua masalah yang dihadapi koloni dan untuk memikirkan penyatuan semua koloni itu. Ide itu memberikan pengaruh yang kuat. Pada tahun 1885 pemerintah Inggris mengeluarkan satu Undang-undang yang mengijinkan keenam koloni di Australia bersama New Zealand dan Fiji membentuk Federal Council of Australia. Tiap koloni, dan New Zealand serta Fiji berhak mengirimkan satu wakil.
Henry Parkes sendiri tidak mendukung Federal Council tersebut bahkan mempengaruhi New South Wales agar tidak ikut melibatkan diri didalamnya. Parkes berpendapat bahwa dewan ini tidak memiliki kekuatan yang nyata dan hanya akan menghalangi pembentukan Parlemen Federal yang sesungguhnya. Henry Parkes kembali ke rencananya semula. Dalam pidato yang bersejarah di Tenterfield Parkes mengingatkan orang-orang Australia akan bahaya yang bisa timbul dari dalam maupun dari luar sebagai akibat terpecah-pecahnya Australia menjadi beberapa koloni yang berdiri sendiri. Parkes juga menyatakan bahwa sudah waktunya untuk membentuk parlemen dan Pemerintahan Australia. Sehingga pada tahun 1890 di adakan pertemuan kepala-kepala pemerintah dari seluruh koloni di Melbourne. Dalam pertemuan itu mereka memutuskan akan mengadakan konvensi federal Australia :
1. Konvensi pertama ( tahun 1891)
Dalam pertemuan ini setiap parlemen koloni akan mengirimkan utusan sebanyak tujuh orang termasuk parlemen New Zealand. Konvensi federal yang pertama ini ditugaskan menyusun sistem pemerintahan atau konstitusi Australia, lalu menyampaikan pada setiap koloni untuk pengesahan. Konvensi berhasil menyelesaikan tugasnya, namun ketika rancangan konstitusi itu disampaikan kepada parlemen masing-masing koloni, mulai timbul pertentangan-pertentangan yang cukup tajam. Victoria menolak kehadiran New Zealand dalam federasi. Dalam parlemen New South Wales pada waktu itu terdapat tiga kelompok yaitu kelompok yang menganut perdagangan bebas, kelompok proteksionis dan kelompok buruh. Kelompok-kelompok ini memperebutkan kekuasaan dan kemenangan program partai atau kelompoknya, sehingga masalah federasi Australia diabaikan. Dengan demikian pengesahan konstitusi federal hasil konvensi pertama ditangguhkan.
Melihat hal itu rakyat mulai ikut campur tangan diberbagai koloni kemudian terbentuk liga federal. Mereka melakukan suatu gerakan yang didukung oleh Australia Natives Association (ANA), yaitu organisasi orang-orang yang dilahirkan di Australia. Dr .John Quick, seorang anggota terkemuka dari liga federal itu berkampanye untuk penyusunan konstitusi baru dan mengusulkan agar konsep baru tersebut di putuskan oleh rakyat secara langsung. Ide Quick tersebut dijadikan sebagai pedoman, antara lain :
 Dorongan kearah federasi itu hendaknya berasal dari rakyat
 Konstitusi baru hendaknya disusun oleh suatu konvensi yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh rakyat.
 Konsep ( Draft ) konstitusi itu selanjutnya diserahkan kepada rakyat untuk diterima atau ditolak.
 Jika konstitusi itu telah di terima di dua atau lebih koloni, maka hendaknyalah konstitusi itu disahkan oleh parlemen Inggris (Imperial parlement ) sebagai hukum yang berlaku untuk seluruh koloni.
Lama kelamaan para politisi mulai tertarik lagi untuk melakukan gerakan federasi. Parkes yang pada saat itu telah berusia 80 tahun di gantikan oleh Edmund Barton sebagai pemimpin federasi tersebut. Sementara rakyat terus berjuang dan ahhirnya pemerintah tiap koloni menyetujui di adakannya konvensi kedua.


2. Konvensi kedua ( 1797-1798)
Konvensi ini dihadiri oleh wakil-wakil koloni yang setiap koloni kecuali Queensland, mengirim 10 orang. Dalam konvensi kedua ini, rancangan konstitusi yang disusun dalam konvensi pertama dilengkapi dan disempurnakan sehingga mencapai bentuk dan isi yang diharapkan pada masa itu. Masalah utama yang harus dipecahkan dalam konvensi ini adalah seberapa besar kekuasaan yang harus diserahkan kepada pemerintah sentral atau pemerintah federal.
Konvensi memutuskan sistem pemerintahan dimana pemerintah federal memegang kekuasaan atas hal-hal tertentu, yaitu pertahanan, bea dan cukai, hubungan luar negeri, perdagangan luar negeri, pos dan telegraf, imigrasi dan pelayaran. Konvensi juga menetapkan nama federasi yang akan dibentuk yaitu “Commonwealth of Australia”.
3. Mengadakan Referendum
Langkah selanjutnya adalah mengadakan referendum di seluruh koloni untuk meminta pendapat rakyat terhadap konstitusi yang telah diputuskan dalam konvensi kedua kecuali di New South Wales, untuk persetujuan hanya di butuhkan suatu mayoritas sederhana. Untuk New South Wales kondisi yang ditetapkan adalah persetujuan didukung oleh paling sedikit 80.000 suara.

a. Referendum Pertama (1898)
Pada tahun 1898 di selenggarakan referendum di Victoria, Australia Selatan, Tasmania, dan New South Wales. Queensland menunda pelaksanaan referendum.
Adapun hasil dari referendum tersebut adalah :
Nama koloni Suara yang setuju Suara yang menolak
Victoria
Australia selatan
Tasmania
New south Wales 100.520
35.800
11.797
71.595 22.099
17.320
2.716
66.228
Jumlah : 219.712 108.363

Dari tabel di atas dapat di tarik kesimpulan :
• Victoria , Australia Selatan menyetujui sistem pemerintahan sebagaimana digariskan dalam konsep konstitusi yang di hasilkan oleh konvensi kedua.
• Mayoritas rakyat di empat koloni menghendaki sistem pemerintahan baru dalam bentuk federasi.
• Sekalipun mayoritas dari ke empat koloni itu menghendaki sistem pemerintahan baru itu, namun referendum ini tergolong gagal karena New South Wales tidak berhasil mencapai jumlah dukungan yamg di tetapkan. New South Wales menginginkan beberapa amandemen terhadap konstitusi yang baru itu. New South Wales menuntut suatu janji bahwa Ibu kota commonwealth of Australia berada didalam wilayahnya. Koloni- koloni yang lain merasa bahwa federasi tanpa New South Wales adaah suatu yang masuk akal. Setelah amandemen di setujui kemudian di lakukan lagi referendum yang kedua pada tahun 1899.
b. Referendum Kedua ( 1899 )
Referendum kedua ini di hadiri oleh lima koloni , adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Nama Koloni Suara yang Setuju Suara yang menolak
Victoria
Australia Selatan
Tasmania
New South Wales
Queensland 13.437
65.990
152.653
107.420
38.488 791
17.053
9.805
82. 741
30.996
Jumlah 377.988 141.386

Hasil referendum kedua ini dapat di simpulkan :
• Mayoritas penduduk di lima koloni menyetujui federasi dengan konstitusi yang sudah mendapat amandemen
• Jumlah suara yang setujui di New South Wales melebihi jumlah yang di tentukan, sehingga referendum ini berhasil.

Tanpa menunggu Australia Barat, kelima kolompok mengirimkan rancangan konstitusi federasi itu ke Inggris untuk disahkan oleh parlemen Inggris. Undang-undang itu disebut Australian Commonwealth Act.















KESIMPULAN
Ketika dikeluarkannya Australian Colonies Government Act, oleh pemerintah Inggris, di Australia telah berdiri empat koloni yang terpisah satu sama lain. Dengan dinyatakannya secara eksplisit bahwa Victoria dipisahkan dari New South Wales, maka jumlah koloni yang berdiri sendiri-sendiri bertambah menjadi lima. Koloni-koloni yang berdiri sendiri ini sama sekali tidak memikirkan hubungan dengan koloni lainnya. Namun seiring berjalannya waktu mereka terpaksa untuk menyadari betapa pentingnya memikirkan kerjasama tersebut, yang secara eksplisit disebut federasi.
Pada tahun 1870-an dan 1880-an dalam Intercolonial Conference yang diselenggarakan pada tahun 18880, Henry Parkes menyarankan pembentukan Federal Council untuk menghadapi semua masalah yang dihadapi koloni dan untuk memikirkan penyatuan semua koloni itu. Ide itu memberikan pengaruh yang kuat. Pada tahun 1885 pemerintah Inggris mengeluarkan satu Undang-undang yang mengijinkan keenam koloni di Australia bersama New Zealand dan Fiji membentuk Federal Council of Australia. Tiap koloni, dan New Zealand serta Fiji berhak mengirimkan satu wakil.
Henry Parkes sendiri tidak mendukung Federal Council tersebut bahkan mempengaruhi New South Wales agar tidak ikut melibatkan diri didalamnya. Parkes berpendapat bahwa dewan ini tidak memiliki kekuatan yang nyata dan hanya akan menghalangi pembentukan Parlemen Federal yang sesungguhnya. Henry Parkes kembali ke rencananya semula. Dalam pidato yang bersejarah di Tenterfield Parkes mengingatkan orang-orang Australia akan bahaya yang bisa timbul dari dalam maupun dari luar sebagai akibat terpecah-pecahnya Australia menjadi beberapa koloni yang berdiri sendiri. Parkes juga menyatakan bahwa sudah waktunya untuk membentuk parlemen Australia dan Pemerintahan Australia. Sehingga pada tahun 1890 diadakan pertemuan kepala-kepala pemerintah dari seluruh koloni di Melbourne. Dalam pertemuan itu mereka memutuskan akan mengadakan konvensi federal Australia. Langkah selanjutnya adalah mengadakan referendum di seluruh koloni untuk meminta pendapat rakyat terhadap konstitusi yang telah diputuskan dalam konvensi kedua.kecuali di New South Wales, untuk persetujuan hanya dibutuhkan suatu mayoritas sederhana. Untuk New South Wales kondisi yang ditetapkan adalah persetujuan didukung oleh paling sedikit 80.000 suara.





DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. 1989. Sejarah Australia. Bandung : TARSITO