Perjuangan bangsa Indonesia ini dalam mempertahankan kemerdekaan ada dua macam, yaitu perjuangan fisik dan non fisik. Dibawah ini dipaparkan rangkaian perjuangan fisik dari awal hingga diakuinya Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka oleh dunia Internasional.
1. Semarang, 15-20 Oktober 1945
Pertempuran lima hari di Semarang berlangsung antara pemuda dan laskar perjuangan dengan pasukan Jepang. Pertempuran dimulai setelah tersebarnya isu bahwa Jepang telah meracuni air minum di kota Semarang. Untuk memperingati hari itu didirikanlah Monumen Tugu Pahlawan.
2. Yogyakarta, 7 Oktober 1945
Pertempuran ini terjadi di Yogyakarta dikenal dengan Pertempuran Kotabaru. Pertempuran berlangsung antara BKR, Polisi Istimewa, Pemuda dan laskar dengan tentara Jepang. Pertempuran terjadi karena pejuang bermaksud untuk merebut senjata tentara Jepang.
3. Surabaya, 10 November 1945
Pada bulan September terjadi penyerangan terhadap markas Jepang oleh pejuang pribumi. Pabrik senjata Jepang dan Angkatan Laut memberikan senjata kepada pejuang. Sementara itu, pasukan sekutu telah ada di Surabaya. Suasana kota semakin panas sejak terjadinya Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan. Pertempuran itu menewaskan Brigjen A.W.S Mallaby. Inggris marah dan mendatangkan bantuan di bawah Mayor E.C. Mansergh dan terus memberikan ultimatum kepada arek-arek Surabaya untuk menyerahkan senjata pada tanggal 9 November sebelum pukul 18.00. Jika ultimatum tidak dipenuhi, Surabaya akan diserang pada tangggal 10 November dari Darat, Laut dan Udara. Bung Tomo, pimpinan BPRI membangkitkan semangat arek-arek Surabaya untuk melawan pasukan Inggris dan NICA. Pertempuran itu ditetapkan sebagai Hari Pahlawan dan untuk memperingatinya didirikan Tugu Pahlawan dan Surabaya disebut Kota Pahlawan.
4. Ambarawa, 12-15 Desember 1945
Pertempuran ini dikenal sebagai Palagan Ambarawa antara pasukan Inggris dengan pasukan TRI di bawah Sarbini. Pasukan Inggris yang diperkuat oleh pasukan Gurkha melakukan tindakan permusuhan ketika pasukan itu dalam perjalanan dari Semarang ke Magelang. Pasukan Inggris kemudian ditarik ke Semarang pada tanggal 15 Desember 1945. Di kota itu didirikan monumen Palagan Ambarawa.
5. Pertempuran Medan Area, 10 Oktober 1946
Mr. Tengku Mohammad Hassan membentuk TKR di Medan dan Akhmad Taher, mantan perwira giyugun, diangkat sebagai panglimanya. Pasukan Inggris yang diboncengi oleh NICA dibawah Brigadir Jenderal T.E.D Kelly mendarat di Medan pada tanggal 9 November 1945. Pada tanggal 1 Desember Inggris memasang batas di empat penjuru kota Medan yang dikenal dengan Medan Area. Sejak itu pertempuran berlangsung antara pejuang dengan pasukan Inggris. Penangkapan, pembersihan,dan penggeledahan terus dilakukan. Setelah pasukan Inggris ditarik, perlawanan diteruskan untuk mengusir NICA dan puncak penyerangan terjadi bulan Desember 1946.
6. Perjuangan Pemuda Sulawesi Selatan, 25 Desember 1946
Di Sulawesi Selatan dibentuk Pusat Pemuda Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Manai Sophiaan. NICA datang di Makasar dan mendirikan pemerintahan sipil. Sejak itu permusuhan dengan pemuda makin memuncak dan tempat-tempat strategis yang diduduki NICA direbut pemuda. Robert Wolter Monginsidi, pimpinan Angkatan Muda Pelajar (AMP), pejuang pemuda dan pemberani yang disertai kawan-kawannya menyerang tempat-tempat kedudukan Belanda. Belanda sangat khawatir terhadap kekuatan gabungan itu dan melakukan pembersihan pada tanggal 25 Desember 1946. Robert Wolter Monginsidi dan Emmy Saelan gugur dalam operasi itu.
7. Bandung Lautan Api, 24 Maret 1946
Pasukan Inggris sudah masuk kota Bandung pada tanggal 21 November 1945. Tindakan pasukan itu mengundang permusuhan masyarakat di kota. Situasi semakin panas dan permusuhan semakin menjadi-jadi. Inggris mengultimatum agar penduduk Bandung meninggalkan kota. Akan tetapi, tanggal 23 malam TRI menyerang kota dan Bandung dibumihanguskan. Untuk membakar semangatpemuda dan pejuang dinyanyikan lagu Halo-halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki.
8. Puputan Margarana, 20 November 1946
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Mr. Ketut Puja diangkat sebagai Gubernur dan I Gusti Ngurah Rai sebagai komandan TKR. Pada tanggal 2-3 Maret 1946 pasukan Belanda mendarat di Bali. Belanda berpendapat bahwa menurut Perjanjian Linggarjati, Bali tidak termasuk wilayah Republik Indonesia. Itulah sebabnya Belanda menunjukan kekuasaannya di Pulau Dewata. Untuk menghadapi pasukan Belanda, Letkol I Gusti Ngurah Rai menghimpun kekuatan untuk menyerang kedudukan Belanda pada tanggal 20 November 1946. Pertempuran sengit terjadi di desa Marga. Pasukan I Gusti Ngurah Rai terdesak dan sebagian dari mereka gugur sebagai kusuma bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar