BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwa Negara Afrika merupakan benua terbesar kedua setelah Asia, benua Afrika menjadi arena transformasi Politik yang mempunyai akibat yang mendalam pada abad ke 20 dan tidak hanya untuk Afrika sendiri tapi juga untuk dunia. Pada makalah ini saya akan membahas tentang pergolakan yang terjadi pada negara –negara yang berada di tanduk Afrika.
Pertempuran yang berkobar pada tahun 1975 antara pasukan pemerintah Ethiopia dan pejuang front pembebasan rakyat Eritria, front pembebasan rakyat telah menimbulkan banyak korban baik harta maupun nyawa, yang menarik perhatian dunia untuk menyelesaikan secara damai.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat ditarik permasalahan:
1. Bagaimana terjadinya perang pembebasan di Eritria?
2. Mengapa terjadi sengketa antara Somalia dan Ethiopia?
3. Mengapa terjadi perebutan negeri Ogaden?
4. Bagaimana keterlibatan Uni Soviet di Afrika?
5. Bagaimana reaksi negara Arab terhadap kegiatan Uni Soviet?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perang Pembebasan Eritria
Sengketa yang mengganggu kestabilan dan perdamaian di tanduk Afrika adalah perang pembebasan yang dilancarkan oleh kaum nasionalis Eritria pada tahun 1962. Ketika negara Ethiopia mengklaim negara mereka negara propinsi Ethiopia, pada tahun 1962 Eritria masuk menjadi salah satu negara propinsi di Ethiopia. Klaim yang dilakukan oleh Ethiopia atas kemauan Kaisar Haile Selassie yang memerintah sebagai seorang diktator, sebagai diktator dengan kekuasaan tak terbatas tanpa persetujuan rakyat Eritria. Sebagai akibat dari klaim yang dilakukan Ethiopia maka rakyat Eritria merasa hak-hak otonomi yang diberikan oleh PBB pada tahun 1952 telah dirampas secara bodoh. Menimbulkan sengketa antara pemerintah Ethiopia dan rakyat Eritria makin lama makin sengit dan mencapai puncak dalam pertempuran yang berkobar pada tanggal 31 januari 1975. Sehingga rakyat Eritria mendapat bantuan Militer maupun keuangan dari sejumlah negara Arab yang menginginkan agar negara Eritria menjadi negara Eropa yang bergabung dengan negara Arab.
Permulaan Pemerintahan Ethiopia menentang gerakan Eritria dan berusaha menumpas tetapi operasi yang dilancar Ethiopia selalu tidak berhasil mencapai sasaran. Pada tahun 1958 mereka membentuk front pembebasan yang bermarkas di Damaskus.
Pemerintah Ethiopia menawarkan suatu rencana perdamaian yang diantaranya memberikan otonomi pada Eritria tapi ditolak oleh ELF dan PLF yang tetap menuntut kemerdekaan. Gerakan pembebasan menjadi lebih kuat karena banyak mendapat bantuan militer, sehingga Ethiopia semakin kewalahan dikarenakan tidak dapat memusatkan kekuatan militer, selain itu di pihak lain pemerintahan Ethiopia harus menghadapi Somalia karena masalah Dijbouti.
Meningkatnya kekuatan pejuang Eritria pertempuran menjadi lebih sengit karena pasukan Eritria beroperasi dalam satuan yang lebih besar dan menggunakan senjata modern dan lebih ampuh. Sementara pemerintah Ethiopia bersiap-siap melancarkan operasi dan berhasil mendapatkan senjata dari Uni Soviet. Sehubungan dengan peperangan di Eritria juga timbul ketegangan dengan membantu gerakan pembebasan Eritria hal itu dikarenakan rezim Ethiopia membantu pemberontakan Arya di Sudan Selatan, disamping itu Sudan mengharapkan masalah Eritria segera selesai.
2. Sengketa Somalia-Ethiopia
Persengketaan antara Ethiopia dan Somalia di mulai pada tahun 1960, ketika Somalia mendapatkan kemerdekaan dan menuntut daerah somalia yang telah dibagi antara negara imperalis dan Ethiopia yaitu daerah Ogaden di Ethiopia, daerah timur laut Kenya dan Somalia perancis. Ketegangan antara Somalia dan Ethiopia memuncak pada tahun 1964 dan menjadi konfrontasi singkat yang berakhir dengan kekalahan dari pihak Somalia, kemudian somalia meningkatkan kekuatan militernya dengan bantuan Uni Soviet bahkan rakyat Somalia membentuk front pembebasan Somalia barat.
Sumber sengketa adalah Djibouti ibukota negara Somalia yang merupakan pelabuhan eksport dan import serta teminal satu-satunya, maka dari itu Ethiopia berkepentingan dengan negara Somalia dan menganggap mempunyai Hubungan historis etnis dan ekonomi dengan negara Somalia. Sehingga Somalia menggunakan jalan kekerasan walaupun harus bertempur dengan dua front.
Negara Somalia tetap menolak permintaan agar melepas klaimnya bahkan Somalia berusaha untuk kedudukan dominan di Djoubouti, dengan sarana politik melainkan dengan melatih pejuang front pembebasan pantai Somalia dan memasukan masyarakat Somalia ke Djibouti, hal itu meyakinkan rezim Ethiopia bahwa akan secara terjadi konfrontasi militer dengan Somalia.
Kemungkinan besar salah satu negara akan menguasai Djibouti setelah perancis angkat kaki pada tanggal 27 Juni 1977. Mayoritas masyarakat Djibouti adalah orang Somalia. Pemerintah Ethiopia cemas dalam menghadapi kemerdekaan Djibouti pada tanggal 27 juni untuk itu pemerintah Ethiopia menempatkan divisi III di Harar dalam keadaan siap tempur untuk menghadapi segala kemungkinan selain itu pihak Ethiopia mendatangkan senjata dari Uni Soviet dan tenaga militer Kuba.
3. Perebutan Negara Ogaden
Ogaden dikuasai Ethiopia sejak abad yang lalu, tapi di klaim kaum Nasionalis Somalia karena mayoritas penduduknya adalah masyarakat Somalia, sehingga menimbulkan perang gerilya yang dimulai dari front pembebasan somalia barat pada tahun 1963 kemudian meningkat perang konvensional terbuka, dimenangkan oleh Front pembebasan Somalia Barat yang mendapat dukungan dari Somalia pada tanggal 23 Juli 1977.
Dalam perkembangan pertentangan bukan antara Front Pembebasan Somalia Barat dan Ethiopia tapi melainkan antara Somalia dan Ethiopia, sehingga kekuatan gabung FPSB dan Somalia maju terus dan menduduki wilayah semakin luas. Setelah itu dibentuk suatu komisi khusus sebagai penengah dalam mengakhiri perang. Komisi khusus ini di beri nama OPA, komisi khusus ini tidak berhasil dalam usahanya di karenakan kedua belah pihak mempertahankan sikap keras mereka masing-masing.sikap keras ini ditunjukkan adanya pernyataan dari kedua belah pihak yaitu: pernyataan menteri luar negeri Somalia menyatakan tentang ikutserta somalia dalam perundingan menyangkut nasibnya baik dekolonisasi wilayah Somalia dan pemberian hak penentuan diri kepada penduduk, sedangkan menteri luar negeri Ethipia adalah komisi menarik semua pasukan Somalia yang berada di wilayah Ethiopia. Dampaknya adalah Pemerintah Ethiopia memutuskan hubungan diplomatik dengan Somalia.
4. Keterlibatan Uni Soviet di Afrika
Sengketa di tanduk Afrika menjadi lebih komplek akibat dari keterlibatan negara lain sebagian pihak Ethiopia dan Somalia, kawasan ini mempunyai arti strategis yang besar berkat letaknya antara Amerika dan timur tengah dekat dengan jalur pelayaran yang penting khusus dengan bagi negara barat. Kawasan ini menguasai laut merah dan selat Babel mandeb yang menghubungkan samudera hindia dengan laut tengah dan samudera atlantik.
Di pihak perancis mempunyai kedudukan yang baik di kawasan berkat kehadirannya di Djibouti yang terletak di pintu gerbang samudra hindia maupun laut merah. Pada tahun 1977 memberikan kemerdekaan pada negeri ini, Perancis bisa menggunakan pangkalan udara dan laut yang dibangunnya.
Sejak lama Uni Soviet berusaha mendapatkan kedudukan yang baik di kawasan itu. Dalam memberikan bantuan militer, ekonomi dan teknik secara besar sehingga Uni Soviet berhasil menjalin hubungan dengan negara yang berada di laut merah, pada tahun 1977 terjadi perubahan besar tanpa memperhatikan keberatan Somalia, Uni Soviet mengirimkan senjata kepada musuhnya Ethiopia untuk membantu menumpas pemberontakan dan gerakan pembebasan yang berkobar dan mengancam keutuhan wilayah dan rezim yang berkuasa.
Uni Soviet dan Kuba memberikan bantuan militer kepada Ethiopia karena alasan: pertama Ethiopia sejak kudeta dipimpin oleh rezim marxis pro Moskwa, kedua karena letak Ethiopia yang dapat digunakan sebagai batu loncatan dalam memperluas pengaruh Uni Soviet di kawasan Afrika Tengah.
5. Sikap Negara Arab di afrika
Negara Arab khususnya Arab Saudi melihat pengaruh Uni Soviet di kawasan laut merah sebagai ancaman bagi agama Islam dan kebudayaan Arab. Maka usaha yang dilakukan negara Arab dalam membendung pengaruh Uni soviet adalah memutuskan hubungan Uni Soviet secara sepihak, seperti kerjasama antara Mesir – Uni Soviet dan Sudan menjauhkan diri dari USS dengan memutuskan hubungan militer dengan Uni Soviet.
Tanggal 13 november 1977 komite pusat berada di Somalia memutuskan untuk mengambil tindakan terhadap Uni Soviet dan Kuba dengan cara membatalkan perjanjian persahabatan Somalia- Uni Soviet dan menarik semua tenaga ahli militer dan sipil Uni Soviet serta mengurangi jumlah diplomat di Somalia dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba. Dengan begitu perkembangan di tanduk Afrika merupakan kemenangan bagi negara Arab yang berusaha membendung pengaruh Uni Soviet di kawasan Afrika.
DAFTAR PUSTAKA
Kirdi Dipoyudo 1983,” Afrika dalam pergolakan”, yayasan Proklamasi , Jakarta.
Albright David E 1978. Soviet Policy,” Dalam problem of Communism”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar